Analisis Struktur Fisik Dan Batin Puisi “Jalan Kehidupan” Karya F. Maulana Rifa’I

Berikut ini ialah hasil analisis struktur batin dan struktur batin puisi yang berjudul Jalan Kehidupan karya F. Maulana Rifai.


Puisi Jalan Kehidupan 
Karya: F Maulana Rifa’i

 Jalan hidup ini memanglah berliku dan terjal
bagaikan tebing tanpa titian dan pegangan
 spesialuntuk seutas tali yang di’ikatkan pada pinggang
sebagai penopang semoga bisa untuk mendakinya
“kehati-hatian jadi penunjuk jalan”
kewaspada’an jadi sebuah aliran karna bila
 sekali saja terjatuh maka imanlah yang melayang
sekali terjerumus maka keyakinan mulai sirna 

“YA ALLAH’’
bimbinglah kami dalam mengarungi perjalan hidup ini

agar kami tak terjatuh dan terjerumus kedalam
jurang kehancuran
yang mungkin kelak menjadikan diri kami tiada arti
yang pada kesudahannya iman dada kami ikut mati’’
 “YA ALLAH’’ kuatkanlah tali pengikat keyakinan kami
tidakboleh hingga terputus oleh keadaan
kuatkanlah pijakan kami tidakboleh hingga terpeleset
dan jatuh kedalam jurang kehancuran
“YA ROB’’....amiin

Struktur Fisik Puisi Jalan Kehidupan

A. Tipografi
Tipografi penulisan puisi di atas memakai pemenggalan kalimat yang tidak konsisten. Khas puisi mutakhir dan modern. Puisi di atas memakai pemenggalan panjang. Terdapat pada satu baris yang berbunyi “Ya Allah”
Dalam pembacaan puisi, kata tersebut membutuhkan pemenggalan yang panjang.


B. Diksi dan Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata yang ada dalam puisi di atas yaitu bahasa konotasi dan bahasa yang dipakai sehari-hari. melaluiataubersamaini demikian makna puisi sanggup dimaknai dan dipahami dengan gampang.

Jalan Kehidupan,

Kata jalan yang ada dalam judul puisi di atas yaitu proses, buka daerah yang sanggup dilalui. Penggunaan kata jalan tersebut memakai makna konotasinya.

Penulisan yang dilakukan oleh Rifai juga khas (cenderung lebay) dengan memakai apostrof tidak pada tempatnya. Rifai menulis: kewaspada’an alih-alih kewaspadaan.  Di’ikatkan alih-alih penulisan yang benar yaitu diikatkan.

Setidaknya, kesalahan tersebut menjadi ciri khas dari penyairnya.


C. Citraan atau Imaji
Citraan atau imaji yang ada dalam puisi Jalan Kehidupan Karya F. Maulana Rifai didominasi dengan citraan visual (pengelihatan).

Citraan pengelihatan dalam puisi di atas tepatnya ada pada baris diberikut ini:

Jalan hidup ini memanglah berliku dan terjal

Kondisi jalan berliku dan terjal dapat diketahui dengan indra pengelihatan alasannya yaitu berwujud visual.


D. Gaya Bahasa atau Majas

Gaya bahasa yang dipakai dalam puisi di atas yaitu gaya bahasa sinekdoke pars prototo, yaitu penggambaran sebagian untuk mewakili keseluruhan.

Majas tersebut terdapat pada baris diberikut ini:

spesialuntuk seutas tali yang di’ikatkan pada pinggang

Seutas menunjukkan sebagian kecil. Seutas menunjukan bahwa tali yang sangat pendek. Tidak mungkin, diikakan dipinggang kalau tali yang dipakai spesialuntuk seutas. Maka baris tersebut memakai majas Sinekdoke Pars Prototo, yaitu sebagian kecil yang diucapkan untuk mewakili keseluruhan (hal yang lebih besar dan lebih banyak).

E. Rima dan Irama

Penggunaan suara (permaian bunyi) yang dipakai dalam puisi di atas tampak pada suara selesai puisi yang lebih banyak didominasi suara /i/. Penggunaan suara /i/ yang lebih banyak didominasi ini menunjukkan bahwa puisi tersebut menggambarkan kesedihan atau ketidakberdayaan. Karena vokal /i/ identik dengan sesuatu yang kecil dan lemah.

STRUKTUR BATIN PUISI
Struktur batin puisi diberikaitan dengan makna, amanat, dan perasaan penyairnya.

A. Makna
Makna puisi tersebut yaitu cita-cita dari seorang hamba dalam melalui kehidupannya. Kehidupan yang sangat susah (terjal). Sementara alat menolong yang dipakai spesialuntuk seutas tali. Maka menunjukan beliau tidak mempunyai hal lain yang bisa memmenolongnya mendaki tali.

Selain berusaha untuk mendaki, beliau juga berdoa kepada yang kuasa semoga tidak hingga terjatuh. Jika hingga terjatuh (maksudnya mengalah kepada kesusahan kehidupan), beliau akan mati dan hancur (tersiksa).

B. Perasaan Penyair
Perasaan penyair yang tampak dalam puisi di atas yaitu perasaan murung dan gundah. Di samping kegundahan dan kesedihan tersebut terdapat ketegaran dalam menjalani kehidupan meskipun susah. Terlihat di bab selesai puisi yang berbunyi:

kuatkanlah pijakan kami tidakboleh hingga terpeleset

Dari baris di atas, sanggup diketahui bahwa penyair tidak terpeleset (terjerumus pada kesalahan) dan berharap tidak pernah masuk ke dalam jurang (siksa tuhan).


C. Amanat
Amanat yang sanggup dipetik dari puisi Jalan Kehidupan di atas adalah:
1. Dalam menjalani kehidupan insan niscaya mengalami kesusahan.
2. Kesusahan dalam kehidupan harus tetap dijalani dengan kesabaran.
3. Sambil berupaya menjalani hidup, insan harus terus berdoa meminta tunjangan kepada tuhan.

Demikian klarifikasi terkena analisis struktur fisik (lahir) dan struktur batin puisi Jalan Kehidupan. Mohon sudi membagikan dan menyapa di facebook.


Salam Pustamun!
close