BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan ialah ungkapan dari cara berfikir seseorang yang sanggup dijadikan modal untuk belajar. Kecerdasan bagi seseorang mempunyai manfaat yang besar bagi diri sendiri dan untuk pergaulannya di masyarakat. Pada umumnya tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang akan menentukan penghargaan orang lain terhadap dirinya. Setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi cerdas, tetapi untuk mewujudkan anak yang cerdas tidaklah segampang membalikkan telapak tangan. Anak perlu mendapatkan peluang biar sanggup berbagi seluruh aspek kecerdasannya.
Usia Dini ialah masa keemasan perkembangan anak atau yang biasa disebut Golden Age. Pada masa itu anak mengalami proses lompatan kemajuan yang luar biasa secara fisik, emosional, dan sosial. Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan asupan gizi yang seimbang, pemberian kesehatan, asuhan penuh kasih akung, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan masing-masing anak. Sehingga seluruh aspek kecerdasannya bisa berkembang secara optimal. Seorang psikolog Harvard yang berjulukan Howard Gardner mengemukakan sekurang-kurangnya ada delapan kecerdasan dasar yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematika logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Menurut Gardner (Musfiroh, 2004) kecerdasan yaitu kemampuan untuk menuntaskan masalah atau menghasilkan produk yang dibentuk dalam satu atau beberapa budaya. Salah satu kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner adalah kecerdasan intrapersonal. Gardner dalam Armstrong (2004:4) mengungkapkan “kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini mencakup kekuatan memahami diri (kekuatan dan keterbatasan) ; kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri”.
Pada umumnya orang mempersembahkan predikat cerdas kepada orang yang mempunyai intelektual tinggi saja. Padahal kecerdasan seseorang tidak spesialuntuk dinilai dari aspek intelektual atau kognitifnya saja, tetapi bisa dilihat dari sisi psikomotor atau keterampilan yang dimilikinya, afektif (sikap) yang ada pada dirinya, serta aspek spiritualnya. Cerdas, pandai kalkulasi, memang penting. Apalagi bila ditambah luwes bersosialisasi dan punya rasa seni. Ketika anak berusia 4-6 tahun, anak sudah menyadari keberadaan dirinya (aku). Perasaan atau emosi yang berkembang pada usia ini yaitu kemampuan mengenal perasaan dengan baik, emosi anak berfungsi sebagai masukana untuk mengkomunikasikan kebutuhan, suasana hati, dan perasaan yang dialaminya. Anak pada usia tersebut membutuhkan masukana atau stimulasi biar anak sanggup mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan atau emosinya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai diberikut :
1. Bagaimana deskripsi Seni tari untuk anak usia dini ?
2. Bagaimana deskripsi kecerdasan interpersonal pada anak usia dini ?
3. Bagaimana korelasi seni tari dalam rangka meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Seni Tari Untuk Anak Usia Dini
1. Pengetahuan Dasar Tari
Media tari yaitu gerak tubuh manusia. Melelui gerak tubuh insan digunakan untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalaman sang seniman kepada orang lain. Ciri khas gerak tari yaitu gerak yang sudah diolah dari aspek tenaga, ruang, dan waktu.
Ada 2 jenis tari, yakni tari tradisional dan tari non-tradisional. Hal yang termasuk tari tradisional Indonesia yaitu tari primitif, tari rakyat, dan tari klasik. Ke 3 tari ini tujuan upacara, hiburan, dan tontonan. Sedangkan yang termasuk dalam jenis tari non tradisional yaitu tari kreasi baru, tari modern, dan tari kontemporer. Ciri khas tari kreasi gres yaitu tari tradisional yang diperbaharui. Ciri khas tari modern dan tari kontemporer yaitu inovasi gres dalam hal tema, bentuk, dan penyajian tari.
Wujud tari modern dan tari kontemporer Indonesia biasanya ialah adonan dari unsur-unsur budaya setempat dengan unsur-unsur budaya dunia. Ada pula yang sepenuhnya menampilkan unsur budaya dunia. Ciri khas tari kontemporer Indonesia yaitu menyajikan tema, bentuk yang terkenal, sedang menjadi sorotan ketika ini. Jika tari kontemporer cirinya menyajikan tema dan bentuk yang sedang terkenal, sedang menjadi sorotan ketika ini, namun tari modern belum tentu menyajikan tema dan bentuk yang sedang populer ketika ini.
Tari untuk Anak Taman Kanak-kanak sebagai Seni Pertunjukan
Guru Taman Kanak-kanak wajib membimbing dan melatih anak didiknya mengerti tari yang menarikdanunik. Sebuah tarian anak Taman Kanak-kanak akan dikatakan menarikdanunik, apabila tarian tersebut menjadi media bagi anak untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalamannya.
Untuk sanggup membimbing anak hingga pada kemampuan bisa mengungkapkan ide-idenya, perasaannya, pengalamannya dengan bahasa tari guru harus mempunyai pengetahuan ihwal komposisi tari. melaluiataubersamaini pengetahuan komposisi inilah guru membimbing anak menjadi mengerti tari sebagai seni pertunjukan dan dengan pengetahuan komposisi juga, guru menyadarkan anak bahwa menari bukan spesialuntuk sekadar untuk kesenangan bergerak.
Pengetahuan komposisi tari yaitu pengetahuan yang berafiliasi dengan bagaimana menentukan dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari, pengetahuan itu diantaranya desain lantai, desain atas, musik, dramatik, dinamika, tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara.
2. Unsur Pokok Tari
Media mempunyai 2 pengertian, yaitu materi dan alat. Bahan baku tari yaitu gerak dan tubuh insan sebagai alat untuk mengungkapkan ide, perasaan, dan pengalaman. Gerak tari terbentuk alasannya adanya kombinasi tenaga, ruang dan waktu di dalam setiap gerak tari maka ketiganya disebut sebagai unsur pokok tari. Tenaga yaitu kekuatan yang mendorong terjadinya gerak. Jenis tenaga yaitu berat/enteng, kuat/lemah.
Ruang yaitu daerah untuk bergerak. Tempat untuk bergerak yang bersifat harfiah, contohnya panggung terbuka, panggung tertutup. Sedangkan bersifat imajinatif tercipta alasannya benda-benda di panggung dan alasannya gerakan penari, arah gerak penari, teba gerak, tinggi rendah penari pada waktu menari.
Waktu yaitu tempo yang diharapkan penari untuk melaksanakan gerak. Waktu tergantung dari cepat lambatnya penari dalam melaksanakan gerakan, panjang pendeknya ketukan penari dalam bergerak dan lamanya penari melaksanakan gerakan.
3. Unsur Komposisi Tari
Pengetahuan komposisi tari yaitu pengetahuan yang berafiliasi dengan bagaimana menentukan dan menata gerakan menjadi sebuah karya tari. Pengetahuan komposisi tari mempelajari ihwal desain lantai, desain atas, desain musik, dramatik, dinamika, tema, tata rias dan busana, tata pentas, tata lampu dan tata suara. Semua itu disebut sebagai unsur komposisi tari.
Desain lantai yaitu garis-garis lantai yang dilalui seorang penari atau garis yang dibentuk oleh deretan penari. Desain atas yaitu desain yang dibentuk oleh anggota tubuh yang berada di atas lantai. Desain musik yaitu pola ritmik dalam tari.
Desain dramatik yaitu tahap-tahapan emosional untuk mencapai titikpuncak dalam sebuah tari. Dinamika yaitu segala perubahan di dalam tari alasannya adanya variasi di dalam tari. Tema yaitu ilham dilema dalam tari. Tata rias dan busana yaitu rias wajah dan pakaian untuk mendukung penampilan penari di atas pentas. Tata pentas yaitu penataan pentas untuk mendukung pergelaran tari.
Seperangkat benda yang berada di atas pentas untuk mendukung pergelaran tari disebut dengan setting. Tata lampu yaitu penataan seperangkat lampu di pentas untuk mendukung pergelaran tari. Tata bunyi yaitu penataan seperangkat alat sumber bunyi untuk tujuan pengaturan musik ienteng tari, pada waktu pergelaran tari berlangsung.
4. Keterampilan Menari
Menari yaitu kegiatan seseorang yang sedang melaksanakan tari. Orang yang sedang menari disebut penari. Menari tidak sama dengan bermain, berpantomim, atau bersenam. Seorang anak sanggup dikatakan menari apabila anak menyadari bahwa ia sedang menari., bukan sedang bermain, bukan sedang bersenam. Anak menyadari bahwa ia sedang mengungkapkan sesuatu melalui tarian yang sedang ditarikan. Sesuatu itu sanggup berupa gagasan, perasaan, pengalaman atau pikiran. Anak tidak bergerak spontanitas. Ia bergerak berdasarkan gerak yang sudah disusun dan ditata. Ukuran keberhasilan anak Taman Kanak-kanak dalam menari apabila anak tesebut mencapai tujuan pembelajaran Taman Kanak-kanak yang berbasis kompetensi melalui kegiatan menari.
Di dalam proses pembelajaran tari, guru harus sanggup membuat suasana kebebasan bergerak kepada anak didiknya. Guru diharapkan membimbing anak sanggup mengungkapkan cara bergerak mereka sendiri yang unik sesuai dan cara bergerak sesuai dengan perasaannya.
Bentuk kegiatan guru dalam membimbing anak didiknya mencar ilmu menari adalah:
a) tes mempersiapkan tubuh sebagai alat ekspresi
b) tes gerak kepala, tangan, badan, dan kaki untuk menumbuhkan kesadaran kepada anak didiknya bahwa seluruh anggota badan ialah sumber gerak tari.
c) tes bergerak dengan ritme untuk tujuan memperkenalkan dan membiasakan anak menanggapi birama, tempo, dan frase dalam musik ienteng tarinya.
d) tes bergerak dengan arah untuk tujuan membiasakan anak sanggup cepat menyesuaikan dengan daerah menari.
e) tes bergerak dengan membentuk deretan untuk tujuan melatih serius, sanggup cepat menyesuaikan dengan daerah menari dan melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok.
5. Kemampuan Dasar Tari Anak TK
Pengetahuan ihwal kemampuan dasar anak Taman Kanak-kanak dari aspek intelektual, emosional, perseptual, fisik, estetik, dan kreatif sangat penting bagi guru sebagai dasar menentukan materi pelajaran tari. Kemampuan dasar intelektual anak usia Taman Kanak-kanak sanggup dikenali dari kemampuannya mengungkapkan kosep warna, ukuran, bentuk, arah, bemasukan dan fungsi dalam gerak tari. Kemampuan dasar emosional anak usia Taman Kanak-kanak sanggup dikenali dari kemampuannya menyalurkan perasaan batinnya yang meluap timbul dari hati dengan gerak dalam tari. Kemampuan dasar sosial anak usia Taman Kanak-kanak sanggup dikenali dari kemampuannya berkomunikasi, bekerja sama, dan melaksanakan kegiatan bersama dalam kegiatan tari.
Kemampuan dasar perseptual anak usia Taman Kanak-kanak sanggup dikenali dari kemampuannya dalam memahami dan menanggapi hal-hal yang mereka lihat, dengar dan rasakan dalam wujud gerak tari. Kemampuan dasar fisik anak usia Taman Kanak-kanak sanggup dikenali dari kemampuannya melaksanakan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, metode, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik anak Taman Kanak-kanak terlihat dari kemampuannya mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif anak Taman Kanak-kanak sanggup dikenali dari kemampuannya membuat gerak-gerak yang unik, tidak sama dengan kawan-kawannya, bahkan kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya mengikuti keadaan dengan kawan-kawannya, apabila melaksanakan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri tari untuk anak Taman Kanak-kanak yaitu tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia Taman Kanak-kanak dari aspek intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif. Bermain ialah pendekatan anak usia Taman Kanak-kanak yaitu tari yang bertema, gerak tariannya bersifat tiruan, gerak tari yang variatif, berbentuk tari kelompok, berpola lantai kurang lebih 5, usang waktu menari kurang dari 5 menit, dan diringi oleh musik.
B. Kecerdasan Interpersonal
1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal atau bisa saja disebut sebagai kecerdasan sosial, baik kata interpersonal ataupun sosial spesialuntuk istilah penyebutan saja, namun keduanya menerangkan hal yang sama. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan menciptakan, membangun dan mempertahankan suatu korelasi antar pribadi (sosial) yang sehat dan saling menguntungkan (Safaria, 2005: 23- 24).
Kecerdasan interpersonal lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan interpersonal yang berpengaruh menempatkan kita untuk kesuksesan sebaliknya kecerdasan interpersonal yang lemah akan menghadapkan kita pada rasa putus asa dan kegagalan terus menerus dan keberhasilan kita, kalaupun ada terjadi secara kebetulan saja (Hoerr, 2007: 114). Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk bisa memahami berkomunikasi dengan orang lain, melihat perbedaan dalam mood, temperamen, motivasi, dan kemampuan. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan juga menjaga hubungan, serta mengetahui banyak sekali perasaan yang terdapat dalam suatu kelompok, baik sebagai anggota maupun sebagai pemimpin (Cambell, 2006: 172).
Williams (2005: 162) mengungkapkan bahwa kecerdasan Interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami dan diberinteraksi dengan baik dengan orang lain. Kemampuan ini melibatkan kemampuan ini penerapan kemampuan lisan dan nonverbal, kemampuan kerjasama, menagemen konflik, taktik membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin, dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan umum. Gordon dan Huggins-Cooper (2013: 57) menyebut kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan sosial, dengan mempunyai kecerdasan sosial memmenolong kita untuk memahami perasaan, motivasi, dan intense orang lain.
Menurut Amstrong (2005: 21), kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, kecerdasan interpersonal mencakup beberapa aspek kemampuan membaca orang atau menilai orang lain, kemampuan berkawan, dan keterampilan diberinteraksi dengan orang dalam lingkungan baru. Adi W Gunawan (2006: 118) mengungkapkan kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan suatu hubungan.
Dari beberapa definisi di atas sanggup disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk membangun suatu korelasi yang mencakup kepekaan sosial yang ditandai dengan anak mempunyai perhatian terhadap tiruana mitra tanpa memilih-milih kawan, pemahaman sosial yang ditandai dengan anak sanggup menuntaskan konflik atau masalah walaupun dengan dibimbing guru, dan komunikasi sosial yang ditandai dengan anak sanggup mengemukakan pendapat kepada mitra tanpa didekati oleh mitra terlebih lampau.
2. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal Anak
Ciri-ciri anak yang mempunyai kecerdasan Interpersonal berdasarkan Amstrong (2002: 33) yaitu sebagai diberikut:
a. Mempunyai banyak kawan
b. Banyak bersosialisi di sekolah atau di lingkungan terlibat dalam kelompok di luar jam sekolah
c. Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
d. Menikmati permainan kelompok
e. Berempati besar terhadap perasaan orang lain
f. Dicari sebagai penasihat atau pemecah masalah oleh kawan-kawannya
g. Menikmati mengajari orang lain
h. Tampak mempunyai talenta memimpin.
Hal ini juga dikemukakan oleh Sujiono (2012: 192), bahwa karakteristik kecerdasan interpersonal mengacu pada keterampilan manusia, sanggup dengan praktis membaca, berkomunikasi, dan diberinteraksi dengan orang lain. Menurut Amstrong (2003: 42), terdapat beberapa karakteristik cara mencar ilmu anak yang mempunyai kecenderungan kecerdasan interpersonal, sebagai diberikut:
a. Teknik berpikir anak biasanya dengan cara melemparkan gagasan kepada orang lain biar sanggup mencar ilmu secara optimal dikelas dan sanggup membuat komunikasi aktif dengan orang lain.
b. Kegemaran anak dalam proses mencar ilmu biasanya menjadi pemimpin, mengorganisasi kelompoknya, menghubungkan, menebarkan pengaruh, dan menjadi mediator.
c. Kebutuhan anak yang memliki kecerdasan interpersonal dalam belajarnya yaitu kawan-kawan, permainan kelompok, pertemuan sosial, perlombaan, insiden sosial, perkumpulan, dan penasihat. Anak terlibat aktif dalam komunikasi dan jarang terlihat menyendiri.
Menurut Gordon dan Huggins-Cooper (2013: 57), anak dengan kecerdasan interpersonal biasanya menyukai orang lain secara tulus, mempunyai banyak kawan, pandai mengatasi konflik, dan sanggup berkomunikasi dengan belum dewasa yang cenderung pemalu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Campbell (2006: 172) bahwa anakdidik dengan kemampuan interpersonal yang baik biasanya suka diberinteraksi dengan orang lain, baik dengan mereka yang lebih bau tanah atau lebih muda dan kadang mereka menonjol sekali dalam kerja kelompok, usaha-usaha kelompok dan juga proyek kolaboratif.
Williams (2005: 162) menyatakan anak dengan kecerdasan interpersonal yang berpengaruh lebih suka bekerjasama daripada bekerja sendirian dan menandakan keterampilan tenggang rasa dan komunikasi yang baik diruang kelas, permainan kelompok dan proyek team dapat mendorong timbulnya kecerdasan interpersonal.
Menurut Amstrong (2002: 161), terdapat beberapa kriteria anak dengan kecerdasan interpersonal kurang baik, yaitu:
a. Malu bila bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini juga terjadi pada belum dewasa yang gres memasuki dunia sekolah, pertama tahun pedoman gres biasanya masih banyak anak yang masih aib berkenalan atau memulai komunikasi dengan mitra baru.
b. Sering kali mengalami kesalahpahaman atau bertengkar dengan orang lain. Anak biasanya spesialuntuk berpikir dari sisi beliau sendiri dan tidak melihat cara berpikir orang lain atau sudut pandang orang lain sehingga sering menjadikan kesalahpahaman.
c. Sering bersikap bermusuhan atau membela diri di depan orang lain.
d. Mempunyai kesusahan besar untuk berempati dengan orang lain. Karena anak dengan kriteria menyerupai ini pada umumnya spesialuntuk memikirkan dirinya sendiri dan hirau dengan kondisi psikologi orang lain.
e. Mempunyai kesusahan dalam membaca suasana hati orang lain, maksud, dan motivasi.
Sehingga sanggup disimpulkan bahwa anak dengan kecerdasan interpersonal yang baik mempunyai karakteristik mempunyai kemampuan berkomunikasi, mempunyai banyak kawan, pandai mengatasi konflik, menyukai permainan kelompok, dan mempunyai tenggang rasa besar terhadap perasaan orang lain
3. Perkembangan Interpersonal Anak
Menurut Bronson (Musfiroh, 2005: 90), anak usia empat hingga lima tahun mengatakan peningkatan minat terhadap kelompok dalam kegiatan bermain peran. Anak usia empat tahun relatif berkembang, mulai mengikuti permainan kooperatif yang diwarnai kegiatan memdiberi dan mendapatkan (Musfiroh, 2005: 91). Bredkemp dan Couple (Musfiroh, 2005: 91), menyatakan anak usia empat tahun mulai mempunyai mempunyai cita-cita untuk sangat senang kawan, memuji orang lain, dan tampak senang mempunyai kawan.
Menurut Brewer (Musfiroh, 2005: 90), anak usia empat tahun sudah mengatakan hal-hal sebagai diberikut:
a. Lebih berbagi perasaan yang alturistik atau mementingkan kepentingan orang lain. Akulristik yaitu lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri, sehingga bisa diartikan anak sudah mulai mengurangi abjad egoisnya.
b. Dapat mengerti perintah dan mengikuti beberapa aturan, hukum dalam permainan atau dalam kelompok. Anak usia empat tahun biasanya sudah mulai bermain dengan beberapa mitra atau permainan kelompok dimana permainan tersebut tentunya mempunyai hukum main.
c. Memiliki perasaan yang berpengaruh terhadap rumah dan keluarga.
d. Bermain paralel masih dilakukan, tetapi mulai melaksanakan permainan yang melibatkan kerjasama. Anak sudah mulai sanggup berkomunikasi terkena pertolongan kiprah dan bermain atau bekerjasam dengan mitra mainnya.
e. Mengkhayalkan mitra sepermainan. Anak biasanya bicara sendiri dengan mitra khayalannya.
Menurut Gardner (Musfiroh, 2005: 69), kecerdasan interpersonal dipengaruhi oleh interaksi sosial. Sejalan dengan pendapat Amstrong (Musfiroh, 2005: 69), bahwa kecerdasan interpersonal dipengaruhi oleh kualitas pendekatan atau kasih akung selama kritis tiga tahun pertama, sehingga anak yang dipisahkan dari ibunya pada masa pertumbuhan pertama, biasanya akan mengalami permasalahan terkena kecerdasan interpersonalnya.
Sujiono (2012: 192) mengungkapkan berbagi atau meningkatkan kecerdasan interpersonal sanggup dilakukan dengan cara antara lain mencar ilmu kelompok, mencar ilmu dengan metode proyek, resolusi konflik, mencapai konsensus sekolah, berkawan dalam kehidupan sosial dan atau pengenalan jiwa orang lain. Senada dengan Hoerr (2007: 19), bahwa kecerdasan interpersonal sanggup dikembangkan memakai kerjasama, kerja kelompok, memdiberi peluang anak untuk mengajari mitra sebayanya, mendiskusikan penyelesaian masalah, membuat situasi yang sanggup membuat siswa saling mengamati dan memdiberi masukan.
Claire dan Huggins-Cooper (2013: 59) mengungkapkan terdapat beberapa hal untuk berbagi kecerdasan interpersonal yaitu dengan berbagi komunikasi nonverbal, mengarahkan anak untuk menjalin perkawanan, adanya tantangan dalam menjalin hubungan, dan masalah sosial. Senada dengan Gunawan (2006: 119), berbagi kecerdasan interpersonal sanggup dilakukan dengan cara melatih kemampuan berkomunikasi efektif secara lisan dan non verbal, mempelajari, dan mengerti serta peka terhadap perasaan orang lain, bekerjasama dalam suatu kelompok, mencar ilmu dalam suatu kelompok, menjadi atau penengah konflik, mengerti maksud dari cara pandang seseorang, dan mempertahankan sinergi.
4. Unsur Kecerdasan Interpersonal
Goleman (2007: 114) mengemukakan terdapat dua kategori besar dalam unsur kecerdasan sosial, yaitu kesadaran sosial dan kemudahan sosial.
a. Kesadaran sosial menunjuk pada spectrum yang merentang dari secara instan merasa keadaan batiniah orang lain hingga memahami perasaan dan pikirannya, untuk menerima situasi sosial yang rumit. Hal tersebut mencakup tenggang rasa dasar, penyelarasan, ketepatan empati, dan pengertian sosial.
b. Fasilitas sosial berafiliasi dengan bagaimana orang lain merasa atau mengetahui apa yang mereka pikirkan dan tidak melaksanakan banyak interaksi. Fasilitas sosial bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang baik dan efektif. Fasilitas sosial ini mencakup diberinteraksi secara baik dalam kemampuan nonverbal atau sinkron, presentasi diri dan efektif dalam kemampuan mempresentasikan diri sendiri, imbas untuk membentuk hasil interaksi sosial, peduli akan kebutuhan orang lain, dan sanggup melaksanakan tindakan yang tepat yang sesuai dengan keadaan tersebut.
C. Hubungan Seni Tari Dalam Rangka Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini
Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Melalui kegiatan menari khususnya tarian anak-anak, maka belum dewasa usia taman kanak-kanak diharapkan sanggup mengekspresikan emosi atau perasaannya, dan anak sanggup mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri melalui tarian. Anak-anak juga biasanya akan merasa besar hati dan senang apabila hasil kreasinya biasa dilihat atau ditonton oleh orang lain, terutama kedua orangtuanya.
Dan tontonan itu bisa direalisasikan melalui pertunjukkan tari. Tentu saja pertunjukkan tari anak. Hal ini bisa memotivasi anak untuk lebih percaya diri serta berani mengatakan kemampuan atau bakatnya serta kreasinya. Melalui kegiatan menari, anak juga diajarkan untuk bertanggungjawaban terhadap kiprah yang didiberikan kepadanya. Dalam hal ini anak bertanggungjawaban untuk menampikan tarian yang terbaik ketika tarian tersebut akan dipertontonkan kepada orang lain. Hal ini menyerupai yang diungkapkan oleh Desfina (2005:4) tari untuk anak Taman Kanak-kanak yaitu gerak diberirama yang ritmis dan indah sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia TK, kegiatannya bersifat kreatif dan kontruktif serta menumbuhkan kreativitas bagi siswa, serta sanggup dijadikan sebagai kegiatan rekreasi atau alat ekspresi untuk sebuah seni pertunjukkan.
Anak-anak sanggup mengasah kemampuan intra dan interpersonalnya melalui kegiatan menari. Tarian sanggup diajarkan kepada belum dewasa tanpa harus memandang faktor usia, kondisi fisik, maupun mental seorang anak. Oleh alasannya itu, seni tari sebaiknya diajarkan sedari kecil yaitu mulai usia taman kanak-kanak. Tarian yang diajarkan tentunya tari anak-anak. Melalui tarian, tentu saja tari anak-anak, mereka diajak untuk berkreasi, berkoordinasi dengan kawan-kawannya dan mencar ilmu menceritakan melalui menari. Melalui tari, belum dewasa sanggup mencar ilmu sambil bermain.
Anak usia dini biasanya membuat gerakan berdasarkan pengamatan terhadap sesuatu yang biasa dilihat, contohnya banyak sekali macam profesi yang dikenalnya, niscaya akan bermunculan gerak-gerak yang lucu tidak sama satu dengan yang lainnya. Tidak tertutup kemungkinan akan munculnya gerak sambil bersuara atau berteriak mengekspesikan hasil pengamatannya. melaluiataubersamaini demikian anak sanggup mengekspresikan emosi dan perasaannya melalui tarian. Melalui tarian beberapa pun kecerdasan sanggup terstimulasi. Tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu terkena meningkatkan kecerdasan intrapersonal melalui kegiatan menari.
Dalam merangsang kecerdasan intrapersonal anak di Taman Kanak-kanak, dilakukanlah kegiatan menari yang membuat anak anak sanggup mengekspresikan emosi dan perasaannya, biar anak berani menampilkan kreasi serta bakatnya, dan biar anak lebih percaya diri. Kegiatan menari untuk anak usia dini di Taman Kanak-kanak menstimulasi anak untuk lebih ekspresif dalam melaksanakan banyak sekali gerakan dalam tarian. Hal ini pernah dilakukan di sekolah tersebut melalui kegiatan menari yang mengambil tema “Profesi”. Akan tetapi hambatan yang dihadapi sekolah ketika ini yaitu ketidak sabaran orang bau tanah yang ingin anaknya tampil dengan tepat dalam pertunjukkan tersebut, baik tepat dalam penampilan (kostum) maupun gerakkan-gerakan tarian. Pada alhasil pihak sekolah dalam melaksanakan kegiatan menari selalu mengandalkan atau memanggil instruktur tari.
Sedangkan instruktur tersebut kurang memahami abjad anak usia dini serta pembelajaran seni tari untuk anak dini. Sehingga dalam melaksanakan gerakan tarian, anak selalu memalsukan atau mencontoh gerakkan yang diajarkan instruktur tersebut. Dan hal ini sanggup menghambat kebebasan anak dalam berkreasi serta mengungkapkan emosi atau perasaannya. Padahal pihak sekolah menginginkan kegiatan menari tersebut sanggup berbagi potensi anak, salah satunya kecerdasan intrapersonal. Tetapi pada kenyataannya dalam melaksanakan kegiatan menari tersebut, tidak tiruana anak bisa untuk mengkomunikasikan atau mengatakan perasaannya kepada orang lain. Bahkan ada beberapa anak yang tidak percaya diri (minder) serta selalu bergantung kepada orang dewasa. Anak juga belum sepenuhnya mempunyai kepercayaan diri serta tanggungjawaban untuk menampilkan tarian yang terbaik.
Tentu saja hal ini tidak selaras dengan tujuan pendidikan kesenian yang diungkapkan oleh Iyus Rusliana yaitu tujuan pendidikan kesenian terutama pendidikan seni tari di sekolah dasar dan taman kanak-kanak, bertujuan biar anak- anak mempunyai pengetahuan, nilai dan perilaku serta keterampilan yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangannya. Melalui pendidikan seni tari belum dewasa diharapkan bisa mengungkapkan ide-idenya, imajinasinya dan fantasinya secara kreatif. Menyadari ihwal pentingnya kegiatan menari sebagai masukana yang sanggup digunakan untuk berbagi kecerdasan intrapersonal, maka Guru dan peneliti tidak ingin membatasi kreatifitas anak dalam melaksanakan kegiatan menari.
BAB III
KESIMPULAN
Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk membangun suatu korelasi yang mencakup kepekaan sosial yang ditandai dengan anak mempunyai perhatian terhadap tiruana mitra tanpa memilih-milih kawan, pemahaman sosial yang ditandai dengan anak sanggup menyelesaiakan konflik atau masalah walaupun dengan dibimbing guru, dan komunikasi sosial yang ditandai dengan anak sanggup mengemukakan pendapat kepada mitra tanpa didekati oleh mitra terlebih lampau. Penting meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak semenjak dini, intinya insan tidak bisa menyendiri alasannya banyak kegiatan dalam hidup anak ini terkait dengan orang lain dan anak yang gagal berbagi interpersonalnya akan mengalami banyak hambatan pada dunia sosialnya.
Ada beberapa metode pembelajaran yang menarikdanunik dan mengarah kepada kecerdasan interpersonal anak salah satunya yaitu dengan seni tari. Metode seni tari banyak mempersembahkan manfaat untuk kegiatan mencar ilmu anak. melaluiataubersamaini metode seni tari anak memperoleh pemahaman yang ihwal bagaimana bekerjasama dengan anak lain secara terpadu. melaluiataubersamaini seni tari memmenolong anak dengan melihat sudut pandang orang lain dan mengantisipasi emosinya atau yang disebut dengan empati. Melalui menari anak akan dibagi menjadi beberapa kelompok, akan mencar ilmu berbaur dan mencar ilmu bekerjasama dalam memperagakan seni tari sehingga terbentuk tarian yang indah. Dalam metode ini juga terdapat pertolongan tugas, sehingga akan tercipta komunikasi antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompoknya yaitu menghasilkan suatu tarian yang indah.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Thomas. (2002). 7 Kinds of Smart. (Terjemahan T. Hermaya). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Amstrong, Thomas. (2003). Sekolah Para Juara. (Terjemahan Yudhi Murtanto). Bandung: KAIFA.
Amstrong, Thomas. (2005). Setiap Anak Cerdas. (Terjemahan Lina Buntaran) Jakarta: Gramedia Pustaka.
Campbell L, et al. (2006) Metode Mudah Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegence. Depok: Intuisi Press.
Goleman, Daniel. (2007). Social Intellegence. (Terjemahan Hariono S.Imam). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gordon C & Lynn Huggins-Cooper. Meningkatkan 9 Kecerdasan Anak. (Terjemahan Chynthia Rozyandra). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Gunawan. (2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan. (2006). Genius Learning Strategi. Jakarta: GramediaPustaka.
Hoerr, Thomas R. (2007). Buku Kerja Multiple Intellegence. (Terjemahan Ary Nilandari). Bandung: Kaifa MZN.
Musfiroh. (2010). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.
Musfiroh. (2005). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Kependidikan dan Perguruan Tinggi
Safaria.(2005). Interpersonal Intellegence. Sleman: Amara Books.
Yuliani Nurani Sujiono .(2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.