Permainan Tradisinonal Congklak, Congkak, Atau Congak | Pengertian Arti Dan Asal-Usul Kata

Indonesia kaya akan permainan tradisional. Permainan yang ada dan dimainkan oleh banyak penduduk di nusantara. Salah satu jenis permainan tradisional Indonesia yaitu Congklak. Sebuah permainan yang sanggup dimainkan oleh dua orang.

Persebaran permainan ini, menuru wikipedia berbahasa Inggris ada di hampir seluruh negara Asia Tenggara. Yaitu mencakup Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Brunai Darussalam. Khusus untuk Thailand, permainan ini ditemukandi kawasan Thailand Selatan yang mempunyai kesamaan dengan Malaysia, baik dari segi bahasa dan agamanya.


Dakon alias Congklak dalam Bahasa Indonesia | Foto: Twitter.com/kemdikbud_ri


Selain di negara asia, Congklak atau Congkak atau Dakon ini juga dimainkan di Srilanka dan Maladewa (Maldives).

Nama Congklak dan Congak dalam Bahasa Indonesia

Ketika orang Indonesia ditanya, apakah Congklak yaitu milik bangsa Indonesia, niscaya dijawaban Ya dengan tegas. Apalagi bagi mereka yang pernah memainkan permaian ini. Akan tetapi, yang menjadi duduk perkara yaitu kata congklak tidak diakomodasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ketika mencari kata congklak pembaca engkaus akan dirujuk kepada kata congak.

Kata congak artinya hafal di luar kepala. Dalam bahasa Indonesia ada, dalam bahasa Malaysia juga ada. Ketika di sekolah ada istilah ulangan dengan cara mencongak. Yaitu, guru membacakan soal kemudian siswa pribadi menulis jawabanan di lembar jawabanannya. Tanpa harus menulis soalnya. Ulangan atau ujian semacam ini sanggup dilakukan jikalau siswa sudah congak, sudah hafal di luar kepala.

Karena ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu (Malaysia) maka, tidak sanggup diklaim congklak yaitu permaian milik bangsa Indonesia semata. Indonesia memiliki, bersama dengan bangsa lain yang semenjak nenek moyangnya memainkannya.

Asal undangan nama Congklak.

Congklak yaitu pergeseran ucapan dari congkak yang pertamanya yaitu kata congak. Seperti yang sudah dijelaskan di pertama tadi. Congak mengacu pada kondisi yang hafal di luar kepala. Permaian tradisional ini menuntut pemahaman bagi para pemain sehingga sanggup memenangkan permainan dan mengisi lumbungnya dengan sebanyak mungkin.

Congak kemudian diucapkan dengan congkak. Meskipun jikalau dihubungkan secara pribadi ada kata congkak dalam bahasa Indonesia yang semakna dengan sombong. Bisa jadi yang menang dalam permainan ini menjadi congkak alias sombong. Tetepi, sebuah permainan tradisional mustahil mengajarkan nilai negatif, niscaya mengajarkan pesan dan aliran positif. Jadi, jikalau memang dalam permaian ini dihentikan congkak. Tidak boleh sombong alasannya yaitu ini spesialuntuk sebuah permainan.

Lamban laun pengucapan dalam bahasa Indonesia menjadi congklak. Mungkin juga dikarenakan suara yang klotak-klotak ketika meletakkan biji atau isi kerang ke dalam lubang-lumbang (cekungan) yang sudah ada.

Nama Lain Congklak

Congklak dikenal dengan banyak sekali nama yang tidak sama di wilayah satu dengan wilayah lain.

Dalam bahasa Jawa dikenal dengan dakon (ada yang menulis dhakon).

Di Lampung permainan congklak disebut dengan dentuman lamban.

Di Sulawesi permainan congklak disebut dengan beberapa nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata.

Di wilayah Sumatera yang bekebudayaan melayu disebut dengan congkak.

Di Malaysia congklak disebut dengan congak (sama dengan sebagian wilayah Indonesia).

Di Mariana (kepulauadan di Samudra Pasifik) permainan ini disebut dengan Chongka'

Di Filipina coklak disebut dengan Shungka'

Di Maladewa (Maldives) permaian ini disebut dengan Naranj

Di Srilanka permainan congklak disebut dengan Chonka


Sejarah Permainan dan Asal-Usul Congklak

Sebagian pendapat menyampaikan bahwa Congklak kuno berasal dari benteng Romawi di Mesir. Permaian ini kemungkinan diperkenalkan oleh para pedagang di kurun ke-15. Kemungkinan besar yang memperkenalkan yaitu pedagang dari Arab dan dari India. Teori yang sama dengan teori penyebaran Islam di Asia Tenggara yang dilakukan oleh pedagang.

Pada masa pertamanya, permaian Congklak atau Dakon spesialuntuk dimainkan oleh raja dan keluarga raja di Istana. Dalam perkembangannya permainan ini juga dimainkan oleh masyarakat luas. melaluiataubersamaini cara masing-masing. Tidak harus dalam cekungan karyu yang diukir indah.

Pernah juga ditemukan dakon kerikil dari zaman kerikil dan zaman perunggu (zaman prasejarah) di Pulau Jawa. Tetapi sebagian peneliti meyakini bahwa kerikil dakon dari zaman prasejarah tersebut bukan bab dari permaian dakon, spesialuntuk bentuknya saja yang seakan-akan dengan alat bermain dakon atau congklak. Batu dakon dari zaman prasejarah tersebut diyakini sebagai bab dari upacara sesaji.

Malaysia pernah memakai gambar congklak di mata uang mereka. Ini sebagai legalisasi bahwa congklak (mereka menyebut congkak) sebagai kebudayaan Melayu.

Masyarakat, juga memainkan dakon atau congklak tidak harus memakai kayu yang dicekungi atau dilubangi beberapa buah. Tetapi juga sanggup memakai teras rumah yang didiberi bundar dengan cat atau kapur tulis. Juga sanggup memakai tanah yang digali untuk membuat lubang dengan struktur yang sama dengan congklak. Kini, ada congklak atau dakon yang terbuat dari plastik.

Untuk isi, sanggup dipakai biji-bijian yang agak besar. Misalnya biji salak atau batu. Sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Jika lingkungannya pesisir, mungkin memakai kerang. :)
close