Memahami Arti Tikus Pegang Bendera Menyanyi Indonesia Raya | Clekit Kartun Wahyu Kokkang

Kartun dan karikatur dalam media surat kabar ialah opini dari pihak surat kabar atau koran tersebut dalam menyikapi hal yang terjadi. Biasanya hal yang dibahas ialah yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak.



Teknik penyajian dalam kartun atau karikatur yang khas ialah 'jenaka'. Meskipun hal yang diangkat ialah sesuatu yang menyedihkan, ganas, atau mengerikan, selalu sanggup membawa sisi jenakanya.

Kartun Wahyu Kokkang dalam Kasus KTP Elektronik - Facebook Wahyu Kokkang


Salah satu kartunis media yang populer ialah Wahyu Kokkang. Kartunis Koran Jawa Pos yang berpusat di Surabaya. Kolom kartun Jawa Pos yang digawangi oleh Wahyu Kokkang berjulukan kolom Clekit.

Clekit selalu mengulas info besar negeri ini baik politik maupun hal lain. Misalnya dikala Raja Salman berkunjung ke Indonesia, Clekit juga mengulas ihwal para pangeran, dengan cara jenaka.

Saat info korupsi raksasa kasus tender KTP elektronik atau e-KTP yang dikatakan melibatkan banyak pejabat baik eksekutrif maupun legislatif. Bahkan besar dana yang dikorupsi mencapai lebih dari 2 triliun rupiah. Gila!

Dana sebesar itu tidak akan habis kalau spesialuntuk dikorupsi oleh dua orang. Sangat tidak mungkin. Maka sangat mungkin dikorupsi secara berjamaah. Bahkan disebut-sebut tiruana anggota dewan yang ada dalam komisi dan pemilik kewenangan yang berkaitan dengan tender e-KTP . Orang-orang yang diduga terlibat itu sekarang ada yang menjadi ketua umum parpol, ada pula yang jadi kepala daerah. ada pula yang menjadi menteri. Tidak spesialuntuk dari satu partai, bahkan hampir tiruana partai, ada anggotanya yang terlibat kasus korupsi raksasa ini.

Lalu, mengapa Wahyu Kokkang menggambar kartun tikus, pegang bendera merah putih, dan menyanyi, "Indonesia, Tanah Airku, Tanah Tumpah Darahku."

Sekarang, mari kita maknai kartun Clekit karya Wahyu Kokkang dari masing-masing tanda yang dipakai.

Tokoh utama kartun Clekit edisi 9 Maret 2017 ini ialah seujung tikus hitam, membelakangi pembaca. Di punggungnya terdapat goresan pena 'Korupsi'. Tikus hitam tersebut memegang bendera merah putih dengan tiang yang mewah, bukan tiang bambu. Tikus tersebut menyanyi, pertama lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pertanyaan: Mengapa korupsi, bukan koruptor? Mungkin Wahyu Kokkang, menganggap bahwa korupsi jauh lebih berbahaya daripada koruptor. Makanya, yang ditulis ialah korupsi. Dalam korupsi, bukan sekadar koruptornya, atau orang yang melaksanakan korupsi, tetapi juga kebijakan, cara, metode kongkalikong, dan sebagainya.

Korupsi sudah memegang kendali negera ini. Orang-orang penting di negeri ini, dan segala sistem di negara ini ialah sistem yang dipegang oleh koruptor dan korupsi. Ditandai dengan tikus yang memegang bendera merah putih, simbol negara.

Merah putih dalam kartun Wahyu Kokkang di atas bukan simbol perjuangan, alasannya ialah merah putih diikat di tiang besi yang mewah. Jika diikat di tiang bambu, apalagi kalau runcing, gres itu tanda usaha atau perlawanan.

Tikus menyanyi lirik pertama lagu kebangsaan, Jika dimaknai, kata ganti 'ku' merujuk pada 'tikus korupsi'. Makara sanggup dipahami sebagai diberikut:

Indonesia, tanah air tikus-tikus koruptor.
Tanah tumpah darah (kelahiran) korupsi yang terus berkembang merajalela.

Indonesia, negara kita ini sudah dikuasai para koruptor? Korupsi sudah menjadi tradisi?

Wahyu Kokkang dalam Clekit edisi 9 Maret beropini menyerupai itu.

Semog Tuhan masih mencintai negeri ini.
close