Artikel ini saya tulis menurut pengalaman. Pengalaman dua kali mengikuti MPLS (waktu itu masih berjulukan MOS = Masa Orientasi Siswa), dan tiga kali mengikuti tahapan Ospek (Orientasi dan Pengenalan Kampus). Ospek yang dimaksud ialah PK2 (Pengenalan Kehidupan Kampus) Universitas, PK2 Lanjutan Universitas, dan Ospek Program Studi.
Berdasarkan pengalaman tersebut, yang paling janggal bagi saya pribadi selaku siswa (peserta MOS/MPLS) ialah bahan Wawasan Wiyata Mandala. Biasanya, bahan ini disampaikan oleh guru. Tapi yang dijelaskan sekadar bahan teoritis.
Seharusnya, bahan yang didiberikan ialah bahan aplikatif. Mengingat, acara MPLS atau MOS ialah upaya untuk mengenalkan siswa gres terhadap lingkungan sekolahnya yang baru. Jika yang didiberikan sekadar teori, maka acara tersebut dapat dikatakan tidak berhasil. Terlebih, untuk bahan Wawasan Wiyata Mandala.
Jika yang didiberikan spesialuntuklah pengertian wawasan wiyata mandala siswa gres tidak akan dapat mencerna dan menerapkannya. Toh materi wawasan wiyata mandala tidak mungkin muncul ujian teorinya. Tapi yang dibutuhkan ialah aplikasi dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berikut ini beberapa kesalahan penyampaian bahan Wawasan Wiyata Mandala yang mungkin terjadi di sekolah:
Hanya Didiberikan Teori
Dalam sebuah MPLS atau MOS, selalu ada bahan Wawasan Wiyata Mandala. Acapkali, guru memberikan bahan itu menurut penertian yang ada di Buku Panduan MPLS yang sudah disusun oleh sekolah (biasanya kesiswaan dan kurikulum).
Guru selaku pemateri Wawasan Wiyata Mandala hendaknya memahami betul apa itu Wawasan Wiyata Mandala. Apakah sekadar wawasan atau pengetahuan, apa saja yang harus disampaikan kepada siswa agara wawasan tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. Khususnya siswa gres yang harus mengenal lingkungannya dengan baik.
misal yang Jauh
Materi wawasan wiyata mandala didiberikan biar siswa dapat dengan cepat mengenal lingkungannya. BAik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. MPLS atau MOS biasanya berlangsung selama tiga samapi enam hari. Dalam waktu yang sesingkat itu, diperlukan siswa dapat mengenal lingkungan barunya.
Nah, biasanya pemateri Wawasan Wiyata Mandala belum sempurnanya pola dalam pertanda teorinya. Padahal contoh-contoh yang harus dipakai harusnya yang memang eksklusif bersinggungan dengan lingkungan sekolah. Jangan terlalu jauh dengan masyarakat di rumah atau di luar lingkungan sekolah.
Misalnya, pola yang dapat dipakai di sekolah dikala penyampaian bahan Wawasan Wiyata Mandala adalah: siswa harus mengenal letak gudang peralatan olahraga, biar dapat mengetahui, mengenal, dan mencintainya. melaluiataubersamaini demikian dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk pengembangan diri.
Tidak Diterapkan
Untuk kesalahan ini, bukan spesialuntuk terjadi dikala penyampaian bahan wawasan wiyata mandala, tapi hasil dari seluruh rangkaian kegaitan MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Harapan jadinya tentu mengenal lingkungan sekolahnya secara keseluruhan. Tapi, tidak sedikit (lagi-lagi menurut pengalaman masa lalu) bahwa yang banyak disampaikan dikala acara MPLS ialah acara main-main.
Memang, berbagai permainan yang dipakai untuk memberikan materi. Yang menjadi masalah, permainan-permaian itu menjadi sebatas permainan saja. Tidak ada penilaian permateri bersama antara pemateri (panitia pengurus osis) dengan penerima MPLS/MOS yang ialah siswa baru.
Demikian opini singkat ihwal penerapan acara MPLS khususnya ihwal bahan Wawasan Wiyata Mandala di sekolah.