Analisis Struktural Genetik Puisi Senja Di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar Versi 2

Analisis struktural genetik puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar.

Artikel ini ialah kiprah Tagihan dalam jadwal GuruPembelajar.id.
Disusun Oleh M. Nasiruddin Timbul Joyo, Peserta Kelas Bahasa Indonesia D Jatim KK-F Jember-1.

Semoga bermanfaa untuk pembanding pembelajaran.

SENJA DI PELABUHAN KECIL
(Chairil Anwar,1946)
Buat Sri Aryati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang-gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, bahtera tiada yang berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelabu, ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pertama akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air pulas, hilang ombak.

Tiada lagi, saya sendiri, Berjalan
Menyisir semenanjung, masih penggap harap
Sekali datang di ujung dan sekali selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan sanggup berdekap


Struktur Fisik Puisi Senja di Pelabuhan Kecil 

a. Tipologi
Puisi Senja di Pelabuhan Kecil dengan klarifikasi judul Buat Sri Aryati, terdiri dari 12 baris. Masing-masing baris berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya:
            Gerimisi mempercepat kelabu, ada juga kelepak elang
            Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Chairil Anwar sebagi Pelopor Angkatan 45 mempunyai ciri khas memenggal baris puisi tidak pada tempatnya. Chairil melakukan ini untuk keseuaian baris dan suara akhir. Kedua baris di atas dipenggal tidak pada tempatnya untuk memunculkan suara yang sama yaitu /–ng/.

Jika ditulis dengan kaidah penulisan yang benar maka sanggup ditulis Gerimis mempercepat kelabu/ Ada juga kelepak elang menyinggung muram/

Semua baris puisi tersebut, oleh Chairil dipenggal sekenanya untuk memperindah bunyi.

b. Diksi
Pilihan kata yang khas Chairil Anwar adalah saat ia menulis sering kali mengubah susunan frasa. Dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil ini, hal itu tampak pada baris kedua
            Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Frasa ini kali jika ditulis ‘normal’ yakni kali ini. Jadi, Kali ini tidak ada yang mencari cinta.
Ciri khas Chairil ini juga tampak pada puisinya yang lain yang berbunyi
            Ini muka penuh luka.
Maksudnya yakni muka ini.

Diksi khas Chairil adalah buat. Chairil Anwar hampir selalu memakai kata buat alih-alih kata untuk. Buat Sri Aryati sama juga dengan Buat Dien Tamaila.

Diksi khas selanjutnya yakni sedu dan penghabisan. Kata sedu yang dimaksud Chairil Anwar yakni tangisan. Sementara kata penghabisan yang dimaksud dalah terakhir.


c. Pengiamjian / Citraan
Citraan atau pengimajian yang ada dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah citraan pengelihatan (visual) dan citraan pendengaran.
Citraan indera pendengaran terdapat pada baris diberikut ini:
Gerimis mempercepat kelabu, ada juga kelepak elang
Kelepak ialah suara untuk menirukan hentakan akup dengan tubuh binatang yang sanggup terbang. Maka, kelepak elang dapat diketahui dengan indra pendengaran.

Citraan indera pendengaran juga terdapat pada baris:
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Desir yakni tiruan suara angin.

Citraan pengelihatan terdapat pada diberis diberikut ini:
Tiang serta temali. Kapal, bahtera tiada yang berlaut,
Adana kapal, temali, perahu, sanggup diketahui dengan indra pengelihatan.


d. Majas / Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar ini yakni majas personifikasi.

Majas personifikasi yaitu majas yang menunjukkan bahwa benda mati atau hal lain bertingkah menyerupai manusia. Dalam puisi ini terdapat pada baris:
            ..... kelepak elang
            Menyinggun muram....
Biasanya yang sanggup menyinggung perasaan yakni orang dengan ucapannya. Ini kelepak elang dipersonifikasikan menyerupai ucapan insan yang sanggup menyinggung.
           
            ...... desir hari lari berenang
Dalam baris tersebut, desir (bunyi) dipersonifikasikan dengan tindakan lari berenang.

e. Rima / Irama
Permainan suara (rima) yang dipakai oleh Chairil Anwar dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil ada dua macam, yaitu permaian suara aliterasi dan permainan suara akhir.

Aliterasi atau perulangan suara konsonan terdapat pada baris diberikut ini:
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Pada baris di atas terdapat perulangan suara /m/. Bunyi /m/ berulang-ulang sebanyak lima kali, masing-masing pada kata menghembus, dalam, mempercaya, dan mau.

Masing-masing baris dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil memiliki contoh yang sama yaitu dua baris mempunyai rima yang sama. Jadi, suara simpulan baris satu dan dua sama. Baris tiga sama dengan baris keempat. Baris kelima sama dengan keenam. Baris ketujuh sama dengan kedelapan.
Sementara empat baris terakhir mempunyai contoh a-b-a-b.
Tiada lagi, saya sendiri, Berjalan (a)
Menyisir semenanjung, masih penggap harap (b)
Sekali datang di ujung dan sekali selamat jalan (a)
Dari pantai keempat, sedu penghabisan sanggup berdekap (b)

f. Kata Konkret
Kata nyata dalam Puisi Senja di Pelabuhan Kecil antara lain:
Pelabuhan mewakili daerah untuk menambatkan hati.

Pantai mewakili makna daerah indah yang menjadi ujung perjalanan.

Senja mewakili makna hari sudah mulai berakhir atau simpulan sebuah perjuangan.

Perahu mewakili kehidupan. Makara perahu yang tak lagi melaut berarti simpulan sebuah kisah berumah tangga atau kekerabatan percintaan.


Struktur Batin Puisi Nyanyian Gerimis
a. Tema
Tema Puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah putus kekerabatan yaitu tema kemanusiaan. Mengisahkan seoarang insan yang kehilangan orang yang dicintai kemudian berjalan mencari daerah (cinta) yang lain.

b. Perasaan
Feeling penyair dalam puisi Senja di Pelabuhan kecil yakni perasan sedih. Tampak dalam penerapan kata penggap yang berarti suasana tidak nyaman untuk bernafas. Selain itu, juga terdapat kata sedu yang artinya menangis. Jadi, penyair sedang bersedih dalam puisi tersebut.

c. Nada
Nada puisi Senja di Pelabuhan Kecil adalah kesedihan dan kemurungan. Hal ini tampak dalam penerapan simbol-simbol kesedihan contohnya kata muram, senja, penggap, sedu, dan kelabu.

d. Amanat

Amanat yang sanggup dipetik dari puisi Senja di Pelabuhan adalah:
1. Roda harus terus berputar, kita harus terus berjalan (berjuang) untuk menemukan hal yang kita inginkan.
2. Untuk terbebas dari kondisi tidak nyaman (tanpa cinta) kita harus berjalan bahkan dan berusaha sekuat tenaga.

3. Dalam memperjuangkan yang diinginkan sering kali insan mendapat kesusahan dan tidak berhasil dalam satu kali percobaan. Dalam puisi, gres berhenti pada pantai keempat. Jadi, pada pantai pertama sampai ketiga masih gagal menemukan yang diinginkan.
close