A. Pembelajaran Humanistik
Jiwa manusia, termasuk penerima didik terdiri atas banyak sekali potensi psikologis, baik dalam domain kognitif maupun dalam domain afektif dan konatif (psikomotorik). Teori berguru humanisme memandang kegiatan berguru mengajar ialah kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif.
Peserta didik pun mempunyai dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, lantaran di dalam dirinya terdapat kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, memilih hidupnya sendiri, dan menangani sendiri masalah yang dihadapinya. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka beropini bahwa berguru yang bersama-sama tidak sanggup berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional penerima didik. Oleh lantaran itu, berdasarkan teori berguru humanisme bahwa motivasi berguru harus bersumber pada diri penerima didik. Itulah sebabnya dalam proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan penerima didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
Kemampuan sosial dan personal siswa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan yaitu membangun dan mengorganisasikan kembali pengalaman yang bisa mempersembahkan makna terhadap kehidupan siswa dan sanggup meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi di masa yang akan hadir.
|
Pembelajaran humanistik ini yaitu pembelajaran yang memanusiakan manusia. Pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktualisasi diri si pembelajar. Guru harus menyadari bahwa siswa yaitu makhluk yang berbakat dan berkembang. Pengajaran beralih ke arah penyelenggaraan sekolah progresif, sekolah kerja, sekolah pembangunan, dan sekolah yang memakai CBSA (Teknik Belajar Siswa Aktif).
Materi diubahsuaikan dengan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa. Guru hendaknya mengenal, menyelami kehidupan jiwa siswa dan menyadari bahwa ia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia yang berharga dan berkembang. Proses berguru ditujukan untuk memanusiakan insan itu sendiri, maksudnya yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang berguru secara optimal. Hal ini sesuai dengan pandangan pembelajaran humanistik progresif.
B. Belajar
Belajar yaitu terjadinya perubahan pada diri orang berguru lantaran pengalaman (Darsono, dkk, 2000:4). Pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laris siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000:24). Ada beberapa definisi berguru berdasarkan beberapa pakar psikologi pendidikan dalam Rosyid (2006:9) diantaranya Gagne (1977), berguru ialah perubahan kecakapan yang berlangsung dalam periode tertentu yang bukan berasal dari proses pertumbuhan (fisik).
Menurut Slameto dalam Bahri (2002:13), berguru yaitu suatu proses perjuangan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner (1985) dalam Syah (2000:89), berguru yaitu suatu proses pembiasaan atau penyesuaian tingkah laris yang berlangsung secara progresif.
Belajar ialah proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan berguru insan melaksanakan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup insan yaitu hasil dari belajar. Belajar yaitu suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu berguru berlangsung secara aktif dan integratif dengan memakai banyak sekali bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian di muka, berguru yaitu kegiatan/proses insan untuk menjelma lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan berguru terjadi terus menerus atau berguru sepanjang hayat. Memahami keadaan lingkungan itu juga ialah kegiatan belajar. Lingkungan berguru mempunyai imbas yang besar terhadap hasil berguru siswa. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya tidak sanggup dipisahkan lantaran saling mempengaruhi.
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menurut Purwanto (1997:4) dalam metodologi pengajaran Bahasa Indonesia, sebut bahwa bahasa memungkinkan insan untuk saling berafiliasi (berkomunikasi), saling membuatkan pengalaman, saling berguru dari orang lain, memahami orang lain, menyatakan diri, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu acara untuk mengembangkan pengetahuan, mempertinggi kemampuan berbahasa, dan menumbuhkan perilaku positif terhadap Bahasa Indonesia.
Purwanto (1997:4) juga sebut ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia meliputi:
- Penguasaan Bahasa Indonesia;
- Kemampuan memahami;
- Keterampilan berbahasa/menggunakan bahasa untuk segala macam keperluan;
- Apresiasi sastra.
Menurut Purwanto (1997:5) pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan, antara lain:
1) Tujuan umum
- Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
- Siswa memahami bahasa dari segi bentuk, makna, dan fungsi, untuk bermacam tujuan/keperluan dan keadaan.
- Siswa mempunyai kemampuan memakai Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif, memakai logika sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna; memecahkan masalah, kematangan emosional, dan sosial).
- Siswa bisa menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
2) Tujuan khusus
- Tujuan khusus dalam lingkup kebahasaan
1) Siswa memahami cara penulisan kata-kata diberimbuhan, kata ulang, dan tanda baca dalam kalimat.
2) Siswa memahami bentuk dan makna imbuhan.
3) Siswa memahami ciri-ciri kalimat diberita dan kalimat perintah.
4) Siswa memahami ucapan kalimat pribadi dan tidak langsung.
5) Siswa memahami dan sanggup mengaplikasikan makna kata umum dan kata khusus.
6) Siswa memahami dan sanggup memakai makna ungkapan dan peribahasa.
7) Siswa memahami perbedaan dan sanggup memakai sinonim dan antonim.
8) Siswa bisa membedakan bentuk puisi, prosa, dan drama secara sederhana dan sanggup menikmatinya.
9) Tujuan khusus dalam lingkup pemahaman bahasa
Berdasarkan pengertian di muka, pembelajaran bahasa mempunyai tugas yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa dipakai insan untuk sanggup berkomunikasi dengan orang lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia ialah kegiatan untuk menambah pengetahuan/informasi dari lingkungan sekitar dan membangun sifat positif terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
D. Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Kalimat yaitu kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Kalimat sanggup diartikan sebagai perkataan atau satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai contoh intonasi final dan secara aktual/potensial terdiri atas klausa (Depdikbud, 1989:380).
Kalimat yaitu satuan bahasa yang terdiri dari dua atau lebih yang mengandung satu pengertian dan mempunyai contoh intonasi akhir. Kalimat itu ada yang terdiri atas satu kata atau lebih. Sesungguhnya yang memilih satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada simpulan turun atau naik. Wujud lisan, kalimat diucapkan dengan bunyi naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi simpulan yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan abjad kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Berdasarkan pengertian di muka, kalimat ialah konstruksi besar yang terdiri atas satu kata atau lebih yang berdiri sendiri untuk mengungkapkan suatu konsep pikiran dan mempunyai pola.
2. Struktur Kalimat
Kemampuan membuat kalimat Bahasa Indonesia sederhana yaitu kemampuan siswa dalam menuangkan inspirasi atau gagasan dalam bentuk kalimat. Membuat kalimat perlu memperhatikan dua hal, yaitu substansi dari hasil goresan pena itu (ide yang diekspresikan) dan hukum struktur bahasa yang benar (gramatical form and syntactic pattern).
Menurut Suparman (1988), minimal kalimat terdiri atas unsur subyek dan perdikat. Kedua unsur kalimat itu ialah unsur yang kehadirannya selalu wajib. Kalimat menjadi berpengaruh dan efektif jikalau ada relasi antara subyek dan predikatnya. Subyek dan predikat kalimat hendaknya tidak terpisah terlalu jauh biar kesatuan gagasan tetap terjamin.
Kalimat dasar identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim. Kalimat dasar terdiri atas sebuah frase benda (sebagai subyek) dan frase verba (sebagai predikat). Dalam Bahasa Indonesia terdapat lima struktur (pola) kalimat dasar, yaitu: KB + KB (Kata Benda + Kata Benda); KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja); KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat); KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan); dan KB + KDep. (Kata Benda + Kata Depan). Pada contoh tersebut, kata benda pertama menyampaikan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.
Kalimat sederhana mengandung dua jabatan kata dalam kalimat, yaitu subyek dan kata kerja (S + P); subyek, kata kerja dan obyek (S+P+O) atau kalimat yang paling lengkap, yaitu: subyek, kata kerja, obyek, dan keterangan (S+P+O+ Ket.). Keterangan harus ditempatkan setepat-tepatnya dan seterang-terangnya dalam kalimat sehingga tidak mengganggu pemahaman. Keterangan yang dimaksudkan disini mencakup beberapa aspek atributif, aposisi, adverbial.
3. Macam-macam Kalimat
Macam-macam kalimat sebagai diberikut:
a. Kalimat Berita
Kalimat diberita ialah bentuk kalimat yang menyatakan suatu pernyataan diberita, baik untuk diketahui diri sendiri atau orang lain.
misal: 1) Semalam hujan turun lebat.
2) Kemarin ayah pulang dari Jakarta.
b. Kalimat Tanya
Kalimat tanya ialah bentuk susunan kalimat yang masih belum lengkap, lantaran kalimat tersebut masih membutuhkan suatu jawabanan sebagai kepingan dari kalimat yang dimaksud.
misal: 1) Di mana engkau sekolah?
2) Berapa harga rambutan 1 Kg?
c. Kalimat Ajakan
Kalimat seruan ialah bentuk susunan kalimat yang bersama-sama ialah kalimat perintah yang diperluas dan berkaitan bersahabat relasi dengan orang kedua.
misal: 1) Tolong, bawakan tas ini.
2) Ayo, kita berguru bersama-sama.
d. Kalimat Perintah
Kalimat perintah ialah bentuk susunan kalimat yang menyatakan perintah atau suruhan yang dikerjakan oleh orang kedua serta punya relasi yang bersahabat sekali.
misal: 1) pergilah segera!
2) Buanglah sampah pada tempatnya!
e. Kalimat Permintaan
Kalimat permintaan ialah bentuk kalimat seruan yang diperluas dan pada umumnya disebut juga kalimat permintaan.
misal: 1) Kumohon engkau mau menunggu selama 2 jam.
2) Kuharap para undangan berkenan mempersembahkan doa restu kepada mempelai berdua.
g. Kalimat Aktif
Kalimat aktif ialah bentuk kalimat yang subyeknya melaksanakan pekerjaan yang terkena pribadi kepada obyeknya.
misal: 1) Kakak membeli sepeda.
2) Ibu menggoreng ikan.
h. Kalimat Pasif
Kalimat pasif ialah bentuk kalimat yang mana subyeknya dari kalimat tersebut menderita.
misal: 1) Tikus digigit kucing.
2) Tono terpeleset jatuh.
n. Kalimat Langsung
Kalimat pribadi ialah kalimat yang pribadi disampaikan oleh sumbernya atau yang mengucapkan, serta kalimat yang memakai tanda petik (“…..”).
misal: 1) “Berapa saudaramu tiruana?” tanya Dewi.
2) “Dimana engkau sekolah?” tanya Yuda.
o. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak pribadi ialah kalimat yang tidak pribadi disampaikan oleh sumbernya.
misal: 1) Ibu menyampaikan bahwa saya harus istirahat.
2) Ima menyampaikan kepada kawannya bahwa ia tadi pagi dibelikan sepeda baru.
p. Kalimat Inti
Kalimat inti ialah kalimat yang terdiri dari subyek dan inti predikat.
misal: 1) Adik menyanyi.
2) Yuda merokok.
E. Permainan Kartu
1. Pengertian Permainan
Bermain diartikan sebagai melaksanakan sesuatu (dengan alat dsb) untuk bersenang-senang (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:620). Menurut Citra (2004) yang tersedia dalam http://citrahome.net diakses pada tanggal 26 Januari 2008, bermain itu sangat senang lantaran dalam bermain bebas mengekspresikan perasaan-perasaannya, ide-ide ataupun fantasi-fantasinya yang kadang tidak selalu selaras dengan kenyataan yang sebenarnya. Ia sanggup membuat aturan-aturan sendiri, menguasai lingkungan daerah ia bermain ataupun mengorganisir orang-orang atau benda-benda yang ikut terlibat dalam permainan yang sedang dilakukannya. Dalam bermain tidak merasa terpaksa atau ada suatu beban, juga tidak ada keharusan untuk mempedulikan hasil simpulan dari bermain.
Menurut Sally (2007) yang tersedia dalam http://Pepak-pustaka.htm diakses pada tanggal 26 Februari 2008, perkembangan seorang semenjak masa bayi, banyak keterampilan-keterampilan yang dimilikinya diperoleh melalui bermain. Misalnya sanggup menggenggam mainannya dengan baik pada pertamanya yaitu lantaran orang tua/orang cukup umur lain sering menunjukkan mainan kepadanya, menggoyangkannya di hadapan dan mencoba meraih dan menangkap mainan tersebut. Melalui bermain sanggup mengenal dunia sekitarnya baik orang-orang yang ada di sekitarnya maupun benda-benda yang ia temui dalam bermain.
Menurut Admin (2007) tersedia dalam http://kategoridiberita.net diakses pada tanggal 26 Januari 2008, permainan sanggup memperluas interaksi sosial dan mengembangkan keterampilan sosial, yaitu berguru bagaimana berbagi, hidup bersama, mengambil peran, berguru hidup dalam masyarakat secara umum. Selain itu, permainan akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan motorik bernafsu dan halus. Permainan juga akan memmenolong memahami tubuhnya; fungsi dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar, bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, sangat senang dan mempersembahkan kepuasan. Permainan sanggup memmenolong perkembangan kepribadian dan emosi lantaran mencoba melaksanakan banyak sekali peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan tugas orang lain. Melalui permainan sanggup berguru mematuhi hukum sekaligus menghargai hak orang lain.
Frieda yang tersedia dalam http://kategoridiberita.net yang diakses pada tanggal 26 Januari 2008, bahwa kegiatan bermain ialah “laboratorium bahasa”. Di dalam bermain, bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi, menerangkan, dan meyakinkan. Jumlah kosakata yang dikuasai sanggup meningkat lantaran mereka sanggup menemukan kata-kata baru.
Jadi seorang yang sedang bermain berarti orang itu sedang melaksanakan suatu acara yang sangat senang bagi dirinya. Oleh lantaran bermain itu sangat bahagia, tidak keberatan untuk beberapa kali mengulangi suatu permainan sehingga tanpa disadari sedang melatih diri untuk melaksanakan sesuatu yang terkandung dalam permainan yang dilakukannya berulang kali. Selain untuk kesenangan, ada manfaat-manfaat tertentu yang sanggup diperoleh melalui bermain. Permainan sanggup memmenolong perkembangan kepribadian dan emosi lantaran mencoba melaksanakan banyak sekali peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memerhatikan tugas orang lain. Melalui permainan sanggup berguru mematuhi hukum sekaligus menghargai hak orang lain.
2. Pengertian Kartu
Menurut Molly tersedia dalam http://nakita-panduan tumbuh kembang balita.net, sebagaimana permainan yang lain, bermain kartu memang bisa dinikmati lantaran cukup menarikdanunik dan bisa membuat menjadi rileks. Tak spesialuntuk itu, permainan pun sanggup bertambah pengetahuannya sambil bermain. Secara general, Molly mengatakan, permainan kartu mengajarkan perihal:
a. Aturan
Aturan permainan kartu harus dipatuhi bersama. Bila tidak bisa memahami dengan baik hukum permainannya, bisa-bisa ia akan tertinggal atau kalah terus-menerus.
b. Kedisiplinan
Aturan harus disertai dengan disiplin. Misalnya, kapan dikala dirinya memmembuang dan mengambil kartu. Tanpa disertai disiplin sanggup merusak jalannya permainan.
c. Sportifitas
Permainan niscaya ada yang kalah dan menang. Lewat permainan, diajarkan untuk mendapatkan jikalau dirinya kalah dan bersedia untuk mengocok kartu atau bahkan dikenai hukuman lainnya seperti, dicoret dengan lipstik, bedak, atau yang lain. Sebaliknya, bila menang dihentikan sombong.
d. Sosialisasi
Bermain kartu, relasi perkawanan sanggup terjalin lebih bersahabat baik antara orang renta , kakak-adik, ataupun dengan mitra sebaya.
e. Analisa sederhana
Terpacu untuk berpikir bagaimana caranya supaya bisa menang. melaluiataubersamaini demikian berguru memperkirakan, kartu yang mana yang harus dikeluarkan biar dirinya berhasil menang.
Menurut Sarwono (2003) Chain Card Game yaitu sebuah terjemahan bebas dari Permainan Kartu Berantai. Para pemain memainkan kartu ini layaknya menyerupai bermain kartu remi. Kartu permainan (Bahasa Inggris: playing cards), atau lebih dikenal dengan kartu remi, yaitu sekumpulan kartu seukuran tangan yang dipakai untuk permainan kartu. Kartu ini sering juga dipakai untuk hal-hal lain, menyerupai sulap, enkripsi, permainan papan, dan pembuatan rumah kartu.
Berdasarkan pengertian di muka sanggup disimpulkan bahwa kartu yaitu kertas yang berbentuk kotak dengan ukuran tertentu. Penggunaan kartu dalam pembelajaran banyak manfaatnya, antara lain: melatih anak mematuhi aturan, sportifitas, disiplin, melatih anak dalam menganalisis masalah secara sederhana, dan berkawan.
3. Teknik Memainkan
Permainan sanggup dimainkan oleh empat pemain atau lebih, dengan jumlah kartu 60 lembar setiap setnya. Jumlah ini sanggup saja ditambah atau dikurangi. Di kartu tertulis satu kosa kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu sebuah penggalan-penggalan kalimat yang sudah diatur sehingga jikalau kartu dimainkan dengan benar akan terbentuk suatu kalimat Bahasa Indonesia yang benar. Kartu-kartu tersebut terbuat dari karton dengan ukuran 5 x 8 cm. Ukuran ini sanggup saja diubahsuaikan dengan selera pembuat kartu. Namun yang paling penting dengan permainan kartu berantai (Chain Card Game) ini sangat diminati para siswa. Mereka tidak lagi takut salah membuat kalimat. Semua siswa aktif dalam mengikuti berguru bahasa. Banyak upaya guru yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi berguru siswa dan salah satunya yaitu memakai permainan kartu berantai.