BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan ialah dilema yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Aspek ini akan dan akan selalu ada dan semakin hari kebutuhan akan hal ini semakin berkembang sejalan perkembangan zaman. Pendidikan ialah salah satu pasilitas kita sebagai insan dan pendidikan ada anak didik.
Kesadaran masyarakat kini kurang di imbangi oleh penyiapan sumber daya guru yang mempunyai penguasaan konsep dan praktik pendidikan Taman Kanak-kanak yang benar. Akibatnya mancus kesan negative wacana pelaksanaan pendidikan yang menekankan pada kegiatan – kegiatan yang bersifat akademik mirip membaca, menulis, berhitung, sehingga pemahaman wacana pelaksanaan pendidikan di Taman Kanak-kanak bukan lagi sebagai “ sebuah taman yang paling indah” tetapi daerah belajar, mendengarkan guru mengajar dan mendengarkan kiprah dari guru yang sudah bersiklus dan terstruktur.
Dalam system pendidikan di taman kanak – kanak di gunakan kurikulum. Sangat di akungkan belakangan ini di gunakan pelaksanaan dari kurikulum Taman Kanak-kanak sangat kaku. Kurikulum memang perlu dilaksanakan dan di perkaya, namun seharusnya di lakukan dengan meletakkan anak sebagai sentral dalam pendidikan itu sendiri, biar potensi dasar mereka yaitu kreatifitas dan imajinasinya sanggup berkembang dengan baik.
Kondisi diatas menjadi suatu dilema bagi penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak dalam berbagi jati diri Taman Kanak-kanak pada fungsinya yang hakiki sebagai suatu taman yang paling indah. Untuk sanggup mengembalikan Taman Kanak-kanak pada fungsinya tersebut, maka departemen Pendidikan Nasional tahun 1999 meluncurkan suatu model pendidikan Taman Kanak-kanak atraktif.
Penyelenggaraan model pendidikan Taman Kanak-kanak Atraktif di lapangan masih sedikit dan masih dalam tahap sosialisasi, namun dengan impian besar lengan berkuasa sanggup mengembalikan jati diri Taman Kanak-kanak yang sesungguhnya dan sanggup memmenolong berbagi kemampuan anak didik seoptimal mungkin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran mmenurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995 : 78 ) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan mekanisme yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajaran dalam merancanakan melaksanakan kegiatan berguru mengajar.
Teori Soekamto dan Winataputra (1995 :84-85) menyatakan 10 model pembelajaran , diantaranya : mode pencapaian konsep. Model tes penelitian, model sinektis model pertemuan kelas, model pemeriksaan kelompok. Model yurisprudensial, dan model tes laboratories, model control diri, dan model simulasi.
Model pembelajaran ialah suatu rancangan untuk menggambarkan rincian dan penciptaan lingkungan yang mengakibatkan anak untuk diberinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan / perkembangan pada diri anak. Komponen model pembelajaran mencakup konsep tujuan pembelajaran, materi / tema langkah – langkah metode, alat /sumber berguru dan metode evaluasi.
Dasar penyusunan model pembelajaran di Taman Kanak-kanak yakni silabus yang di kembangkan menjadi acara semester, suatu kegiatan minggua, suatu kegiatan harian, oleh lantaran itu model pembelajaran ialah citra konkrkit yang di lakukan pendidik dan akseptor sesuai SKH yang sudah di buat,
Kanak – kanak
1. Model pembelajaran klasikal
2. Model pembelajaran kelompok
3. Model pembelajaran berdasarkan sudut – sudut
4. Model pembelajaran berdasarkan are
5. Model pembelajaran berdasarkan sentra
B. Model Pembelajaran Taman Kanak-kanak Atraktif
Taman Kanak-kanak Atrakltif ialah salah satu model pendidikan Taman Kanak-kanak yang di luncurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai wujud penemuan pembelajaran dalam dunia Pendidikan Taman Kanak-kanak Model Pendidikan ini tetap berpijak pada kurikulum Taman Kanak-kanak 1994.
Kata aktraktif berasal dari kata “ Attractive” yang berarti menarikdanunik minat, cantik, menarikdanunik hati, batasan lain dari pengertian atraktif ini ialah menarikdanunik, sangat bahagia, merangsang dan menantang.
Menurut Hapidin (1999), model pendidikan Taman Kanak-kanak Atraktif ialah suatu model pembelajaran yang menarikdanunik, sangat bahagia, merangsang dan menantang anak bermain sambil berguru yang sesuai dengan karakteristik anak TK. Dalam pengertian tersebut terkandung dua hal pokok, yaitu model pendidikan Atraktif dan karakteristik anak TK.
Jenis – jenis model pendidikan Taman Kanak-kanak Atractif
1. Model pembelajaran suara, bentuk dan bilangan
Ciri khas pandanga pestolazzi terkena proses pendidikan Taman Kanak-kanak Atractif yaitu melalui adanya pengajaran bunyi , bentuk dan bilangan, tiruana bidang pengembangan yang di ajarkan pada anak di kelompokan dalam 3 kategori sebagai diberikut :
- Konsep bunyi mencakup beberapa aspek materi pengembangan bahasa, pengetahuan sejarah dan pengetahuan bumi
- Konsep bentuk mencakup beberapa aspek pengetahuan bangunan, menggambar dan menulis
- Konsep bilangan tiruana aspek yang berkaitan dengan hitungan
misal :
- Melalui gambar : anak di perkenalkan dengan pengertian “Apel”
- Melalui kosa kata : anak mengucapkan “Apel”
- Melalui bentuk : banak mengenal bentuk bulat
- Melalui bilangan ; anak menghitung jumlah apel 1,2,3 dan seterusnya
2. Sistem pengajaran sentra
model pembelajaran pusat (Dalton) berdasarkan pandangan dari Helen Parkhust. Pandangan dasar Helen wacana pendidikan ialah pengajaran harus di sesuaikan dengan sifat dan keadaan individu yang mempunyai daerah dan irama perkembangan yang tidak sama satu dengan yang lainnya
materi setiap setra hendaknya terintregrasi dengan pusat lainnya. Dibawah ini teladan adanya integrasi antara pusat bidang pengembangan
tema : Tanaman
pusat Bahasa : Dramatisasi “ fun Cooking”
pusat Musik : benyanyi menanam jagung
pusat Aritmatika : belanja dan menghitung sayur - sayuran
pusat air : memelihara dan merawat tanaman
C. Pengambangan Model Pembelajaran untuk Taman Kanak-kanak Atraktif dengan pendekatan inquiri
Suatu taman kanak – kanak sanggup di katakana aktraktif apabila memenuhi 3 persyaratan yang di sebut sebagai 3 pilar utama.
Pilar pertama : penataan lingkungan baik di dalam maupun diluar kelas. Walaupun penataan lingkungan di Taman Kanak-kanak sudah ada dalam buku pedoman masukana pendidikan di TK. Namun bagi seorang guru yang kreatif tidak ada sejengkal ruangan yang tidak bisa di jadikan masukana pengembangan.
misal : Pintu gerbang bisa di bentuk menjadi bentuk ikan hiu, harimau, ayam dll.
Pilar kedua : kegiatan bermain dan alat permainan edicatif, merancang dan berbagi banyak sekali jenis alat permainan educative, bagi guru yang kreatif akan memakai materi – materi yang sanggup di gunakan sekitar anak, contohnya terbuat dari dus, Koran, biji – bijian, lilin, gelas aqua dll.
Pilar Ketiga : ada interaksi educative yang di tunjukan guru. Guru Taman Kanak-kanak harus memahami dan melaksanakan tindakan educative sesuai dengan perkembangan anak mulai dari mempersembahkan teladan contohnya cara duduk, memmembuang sampah, moral makan, berbicara, berpakaian dll.
Berikut teladan model Pembelajaran untuk Taman Kanak-kanak Atractif dengan pendekatan inqurity
Pendekatan inqurity ialah salah satu pendekatan yang sangat cocok untuk model pembelajaran. Taman Kanak-kanak Atractif. Pendekatan ini untuk “ menyelidiki” meskipun pada praktiknya banyak anak “menemukan” sesuatu dari penyelidikan itu. melaluiataubersamaini pendekatan inqurity fungsi guru bukan sebagai pemeri isu dengan ceramah, tetapi sebagai akomodasi dan co – leguar / co – investigator.
Guru menyediakan banyak sekali material yang di perhitungkan anak untuk investigasinya, ikut bermain bersama, dan mengakibatkan model pemeriksaan sebagai anak.
misal kegiatan pembelajaran untuku di Taman Kanak-kanak Atractif dalam pengenalan sains dengan pendekatan inqurity
a. Tentukan jenis kegiatan sesuai dengan tema. Misalnya pada tema air,
kegiatannya ialah anak bermain dengan banyak sekali benda di air, menyelidiki
benda-benda yang karam dan terapung, jenis dan ukuran benda yang
tenggelam dan terapung, serta membuat benda karam menjadi terapung.
Tentukan material atau benda-benda yang diharapkan untuk kegiatan
tersebut.
kegiatannya ialah anak bermain dengan banyak sekali benda di air, menyelidiki
benda-benda yang karam dan terapung, jenis dan ukuran benda yang
tenggelam dan terapung, serta membuat benda karam menjadi terapung.
Tentukan material atau benda-benda yang diharapkan untuk kegiatan
tersebut.
b. Tentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk merangsang
anak melaksanakan pemeriksaan lebih terserius. Wolfinger (1994)
mengidentifikasi empat jenis pertanyaan berjenjang dalam pendekatan Open
Inquiry sebagai diberikut.
anak melaksanakan pemeriksaan lebih terserius. Wolfinger (1994)
mengidentifikasi empat jenis pertanyaan berjenjang dalam pendekatan Open
Inquiry sebagai diberikut.
• Pada tahap I, pertanyaan ditujukan untuk melihat kenyataan, mirip apa itu, berapa banyaknya, apa yang sanggup engkau lihat, bau, dan rasakan?
• Pertanyaan tahap II, diseriuskan untuk melatih anak membuat asosiasi, mirip "Benda mana lagi yang karam mirip kerikil ini? Benda mana saja yang terapung mirip balok ini?"
• Pertanyaan tahap III, ialah pertanyaan yang memseriuskan anak melihat kekerabatan sebab-akibat, mirip "Apakah tiruana benda yang berukuran besar karam dan yang berukuran kecil terapung?" (Anak biasanya mempunyai persepsi bahwa benda yang berukuran besar karam dan yang kecil terapung. Mereka belum mempunyai pengetahuan bahwa berat jenis benda yang memilih suatu benda tenggelam atau terapung).
• Pertanyaan jenis IV ialah tantangan atau "problem solving" yang berfungsi untuk berbagi imajinasi anak, mirip "Bagaimana caranya biar lempung yang karam sanggup terapung?"
c. Tentukan jenis tantangannya mirip pada pertanyaan jenis IV. Ajukan
pertanyaan yang menantang anak untuk melaksanakan pemeriksaan lebih lanjut
dan melihat kekerabatan antar variabel.
pertanyaan yang menantang anak untuk melaksanakan pemeriksaan lebih lanjut
dan melihat kekerabatan antar variabel.
d. Tuangkan planning kegiatan tersebut kedalam SKH.
2. Pelaksanaan
a. Tahap I: Bermain
Sediakan banyak sekali material/benda-benda untuk bennain anak sesuai dengan tema. Misalnya untuk bennain air, sediakan daerah air besar, ember, atau kolam, banyak sekali benda yang karam dan terapung dengan banyak sekali ukuran dari kayu dan logam, gelas dan botol plastik, lempung/plastisin/jp/qy dough. Untuk memotivasi anak, sebaiknya guru ikut bermain untuk mendemonstrasikan bagaimana bermain dengan benda-benda tersebut. Guru sanggup mulai bertanya "Benda apa saja yang kalian gunakan untuk bermain di air?"
b. Tahap II: Investigasi
Biarkan anak bermain dengan benda-benda tersebut di air. Ketika anak bermain di air dan melaksanakan pemeriksaan terhadap benda-benda, mereka mulai menyadari bahwa beberapa benda karam di air dan beberapa lainnya terapung. Ajukan pertanyaan, mirip "Benda apa saja yang karam mirip batu ini? Benda apa saja yang terapung mirip balok ini?"
c. Tahap III: Sebab-akibat
Tahap ini melatih kekerabatan sebab-akibat dari dua variabel. Misalnya menyelidiki apakah karam dan terapung dipengaruhi oleh ukuran benda? Jika anak sudah menemukan banyak sekali benda yang terapung dan benda yang tenggelam, olok-olokan pertanyaan lain yang merangsangnya untuk mengusut hubungan sebab-akibat: "Apakah benda yang lebih besar selalu karam dan yang lebih kecil selalu terapung?" Anak akan terangsang untuk melaksanakan "eksperimen" sederhana dan segera mengetahui hasilnya.
d. Tahap IV: Tantangan
Beri tantangan kepada anak sedikit lebih tinggi dari kemampuan aktualnya. Misalnya guru mencelupkan tutup gelas dari logam dengan posisi miring, maka tutup gelas akan tenggelam. Lalu celupkan tutup gelas tersebut dengan posisi tengadah, maka tutup gelas akan terapung di air. Anak-anak akan takjub melihat "keajaiban" itu.
Guru memdiberi "problem solving" atau tantangan: "Dapatkah kalian membuat lempung yang karam menjadi terapung mirip tutup gelas itu?" Anak-anak akan berpikir setingkat lebih tinggi dan kembali termotivasi untuk melaksanakan investigasi. Anak akan membentuk lempung ibarat tutup gelas, mirip perahu, atau mirip bola biar sanggup terapung.
BAB III
PENUTUP
Model pembelajaran Taman Kanak-kanak Atrakti sanggup di pandang sebagai suatu penemuan dalam pelaksanaan pembelajaran di taman kanak – kanak. Model ini tetap mengacu pada karakteristik anak Taman Kanak-kanak dan kurikulum Taman Kanak-kanak 1994. Peluncuran model ini dimaksudkan untuk memperbaiki permasalahan – permasalahan yang terjadi di lapangan. Dimana sekolah. Sekolah dan guru lebih melakukan pembelajaran yang bersifat akademik di bandingkan d engan berbagi potensi anak didik yang paling indah dan sangat senang dan ialah tujuan utama dari model pembelajaran ini. Artinya , model pembelajaran Taman Kanak-kanak atraktif ini akan mengembalikan esensi Taman Kanak-kanak itu pada esensi yang sebenarnya. System dan praktik.
Pendidikan perlu dirancang, di kembangkan biar secara nyata menumbuhkan daya cipta akseptor didik, melahirkan hal – hal yang baru, kemampuan berfikir secara divergen, kemampuan merealisasikan gagasan dan keinginan yang koheren dengan situasi baru, berbagi kontruksi pemikiran dan agresi yang positif.
melaluiataubersamaini menggunakuan pendekatan inqury anak Taman Kanak-kanak sebaiknya menerapkan esensi bermain melalui kegiatan sangat bahagia, menantang dan merdeka sesuai dengan 3 pilar utama Taman Kanak-kanak atraktif.
DAFTAR PUSTAKA
Hapidin, 1997, Pedoman Praktis. Perencanaan , Pengelolaan dan Evaluasi Pengajaran di
Taman Kanak – Kanak, Jakarta : Ghiyats Alfiani Press.
Hapidin, 1999, Model – model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini, Jakarta :
Ghiyats Alfiani Press.
Moeslichaton R, 1999, Metode Pengajaran di Taman Kanak – kanak, Depdikbud, Dirjen
Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Ikip Malang.
Depdiknas, 2000, Diklat calon intruktur guru Taman Kanak-kanak Atraktif, Pengembangan Model
Pendidikan untuk Taman Kanak-kanak Atraktif, Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, PPPG Keguruan
Jakarta, 2000