Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kalinya digunakan oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang memakai istilah iklim psikologi (psychological climate). Kemudian istilah iklim organisasi digunakan oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Tagiuri mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan sikap dalam hubungan dengan latar atau tempat (setting) di mana sikap muncul: lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture), suasana (atmosphere), situasi (situasion), contoh lapangan (field setting), contoh sikap (behaviour setting), dan kondisi (conditions) (Robert Stringer dalam Wirawan, 2007).
Definisi terkena iklim organisasi sudah dikemukakan oleh para penulis. Berikut ini akan dikemukakan sebagaian definisi tersebut. R. Tagiuri dan G. Litwin (Wirawan, 2007:121) mendefinisikan iklim organisasi sebagai:
A relativity enduring quality of the internal environment of an organization that (a). Is experienced by its members, b. Influence their behaviour, and can be described in terms of the values of a prticular set of characteristics (or attributes) of the organizations. (Iklim organisasi ialah kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung; dialami oleh anggota organisasi; memengaruhi sikap mereka dan sanggup dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi).
Litwin dan R.A Stringer (Wirawan, 2007:122) mendefinisikan iklim organisasi sebagai:
A concept describibing the subjective nature or quality of the organizational environment. Its properties can be perceived or experienced by members of the organization and reported by them in an appropriate questionnaire. (Suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya sanggup dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuisioner yang tepat).
Robert O. Gowen (Wirawan, 2007:122) dalam bukunya berjudul Organizational Behaviour in Education mendefinisikan iklim organisasi sebagai “...study of perception that individuals have a various aspects of the environment in organization”, sedangkan buku ini mendefinisikan iklim organisasi sebagai studi persepsi individu terkena banyak sekali aspek lingkungan organisasinya.
Robert Stringer (Wirawan, 2007:123) dalam bukunya berjudul Leadership and Organizational Climate mendefinisikan iklim organisasi sebagai “..collection and pattern of environmental determinant of aroused motivation”, sedangkan buku ini mendefinisikan iklim organisasi sebagai koleksi dan contoh lingkungan yang memilih munculnya motivasi.
Setiap lingkungan keluarga, institusi pendidikan, perusahaan dan departemen-departemen kerja memiliki iklim sendiri-sendiri. Menurut Hepner (1973) pembentuk iklim organisasi ialah manusia, dan bukan bangunan, perabot, peralatan, maupun hasil produksi. James dan Jenoe dalam Karyanto (1995) mengemukakan tiga pandangan ihwal iklim organisasi, yaitu :
a. Iklim organisasi sebagai sekumpulan ciri organisasi yang sanggup diterangkan dengan obyektivitas yang masuk akal. Ciri-ciri ini membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya yang secara relatif bertahan dan mempengaruhi sikap individu dalam organisasi tersebut.
b. Iklim sebagai konsep yang merefleksikan isi dan kelebihan dari nilai-nilai, norma, sikap dan perasaan para anggota dan sebuah sistem sosial yang secara operasional sanggup diukur melalui persepsi dari anggota-anggota sistem.
c. Iklim organisasi itu memiliki sesuatu yang signifikan spesialuntuk pada setiap individu. Karena individu tersebut itulah yang terlibat atau tidak terlibat dalam keputusan-keputusan, mengalami atau tidak komunikasi yang efektif dan hangat, memiliki atau tidak otonomi, dan sebagainya.
Tahiuni dalam Delp (1977) menyimpulkan bahwa iklim organisasi ialah kualiatas relatif dari lingkungan internal suatu organisasi, yang dialami dan mempengaruhi sikap anggotanya, dan sanggup digambarkan dalam suatu perangkat karakteristik.
Iklim organisasi melukiskan lingkungan internal organisasi dan berakar pada budaya organisasi. Budaya organisasi menekankan diri pada asumsi-asumsi tidak diucapkan yang mendasari organisasi, sedangkan iklim organisasi berserius pada persepsi-persepsi yang masuk nalar atau sanggup dinilai, terutama yang memunculkan motivasi, sehungga memiliki efek pribadi terhadap kinerja anggota organisasi.
Membahas ihwal iklim organisasi, kita sebenamya sedang mengulas sifat-sifat atau ciri yang dirasa dalam lingkungan kerja dan timbul terutama lantaran kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang dianggap mempengaruhi tingkah laris kemudian. melaluiataubersamaini kata lain, iklim sanggup dipandang sebagai "kepribadian" organisasi menyerupai yang dilihat oleh para anggotanya.
Seperti iklim dalam klimatologi, iklim organisasi relatif tetap, tetapi dalam setiap iklim sanggup terjadi perubahan ekspresi dominan dan cuaca. Di tempat diberiklim tropis, misalnya, ada ekspresi dominan hujan dan ekspresi dominan kemarau. Di setiap musim, cuacanya juga sanggup berganti-ganti. Iklim di suatu tempat terjadi lantaran ada faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya iklim yaitu faktor-faktor di luar bumi (lingkungan eksternal) dan faktor-faktor yang ada di bumi (lingkungan internal). Faktor-faktor eksternal bumi yang memengaruhi iklim antara lain matahari, bulan, dan plguat lainnya. Sedangkan faktor-faktor internal antara lain daratan, pegunungan, gurun, lautan, sungai, danau, dan hutan.
Begitu pula, iklim organisasi juga ditentukan oleh lingkungan internal dan eksternal menyerupai digambarkan melalui gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sumber Iklim Organisasi
Lingkungan internal organisasi antara lain keadaan lingkungan fisik tempat kerja, keadaan lingkungan sosial, sistem administrasi organisasi, kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi, serta budaya organisasi. Sedangkan yang termasuk lingkungan eksternal antara lain perkembangan jenis industri, pengaturan industri oleh pemerintah, kehidupan ekonomi makro, dan kompetisi dengan pesaing.
Robert Stringer (Wirawan, 2007:135) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang mengakibatkan terjadinya iklim suatu organisasi, yaitu lingkungan eksternal, strategi, praktik kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan sejarah organisasi (Gambar 2.2). Masing-masing faktor ini sangat menentukan, oleh lantaran itu orang yang ingin mengubah iklim suatu organisasi harus mengevaluasi masing-masing faktor tersebut.
Gambar 2.2 Faktor-faktor penyebab iklim organisasi
1. Lingkungan eksternal. Industri atau bisnis yang sama memiliki iklim organisasi yang sama. Misalnya, iklim organisasi umum perusahaan asuransi umumnya sama. Demikian juga iklim organisasi pemerintah, sekolah dasar, atau perusahaan angkutan di Indonesia, memiliki iklim umum yang sama. Kesamaan faktor umum tersebut disebabkan efek lingkungan eksternal organisasi.
Walaupun lingkungan eksternal memengaruhi keenam dimensi iklim organisasi, berdasarkan Stringer terdapat efek pribadi yang paling banyak terhadap tiga dimensi: struktur, tanggung jawaban, dan komitmen. Ketiga dimensi lainnya: standar, pengakuan, dan pemberian lebih terpengaruh oleh faktor-faktor internal penentu iklim organisasi.
2. Strategi organisasi. Kinerja atau suatu perusahaan bergantung pada taktik (apa yang diupayakan untuk dilakukan), energi yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pekerjaan yang diharapkan oleh taktik (motivasi), dan faktor-faktor lingkungan penentu dari level energi tersebut. Strategi yang tidak sama mengakibatkan contoh iklim organisasi yang tidak sama. Strategi memengaruhi iklim organisasi secara tidak langsung.
Dalam perkara tertentu, taktik sanggup memiliki efek pribadi terhadap iklim organisasi. Strategi memilih apa yang penting bagi organisasi, hasil apa yeng memiliki nilai, dan perilaku-perilaku apa yang paling mungkin mencapai tujuan eksplisit dari strategi.
3. Pengaturan organisasi. Pengaturan organisasi memiliki efek paling kuat terhadap iklim organisasi.
4. Kekuatan sejarah. Semakin renta umur suatu organisasi semakin kuat efek kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan ingatan yang membentuk cita-cita anggota organisasi dan memiliki pengaruhterhadap iklim organisasinya. Menurut Stringer (Wirawan, 2007:137-138), terdapat lima aspek sejarah dan budaya suatu organisasi:
a. Nilai-nilai sejarah,
b. Kepercayaan,
c. Mite,.
d. Tradisi, dan
e. Norma
Nilai-nilai sejarah, yaitu cara karyawan mengakses sifat, aktivitas, atau sikap tertentu sebagai baik atau jelek dan produktif atau pemborosan. Kepercayaan, yaitu pengertian karyawan terkena cara organisasi bekerja dan kemungkinan konsekuensi atas tindakan yang mereka lakukan. Mite, yaitu bahwa kisah atau legenda yang terus berlangsung terkena organisasi dan para pemimpinnya bisa memperkuat nilai-nilai inti dan kepercayaan. Tradisi, yaitu kejadian-kejadian penting yang berulang dalam suatu organisasi yang memperkuat dan mengabdikan nilai-nilai budaya. Norma., yaitu peraturan-peraturan informal yang ada dalam suatu organisasi terkena pakaian, kebiasaan kerja, jam kerja, dan sikap interpersonal.
Dimensi iklim organisasi yang dipengaruhi kekuatan sejarah adalah: standar, tanggung jawaban, dukungan, dan komitmen.
5. Kepemimpinan. Perilaku pemimpin memengaruhi iklim organisasi yang kemudian mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan ialah pendorong utama terjadinya kinerja. Stringer dalam Wirawan (2007:138) mengemukakan hubungan kepemimpinan dengan iklim organisasi, motivasi, dan kinerja dalam gambar 2.3.
Gambar 2.3 Hubungan antara kepemimpinan, motivasi, dan kinerja
Praktik kepemimpinan atasan setiap hari ialah memengaruhi iklim organisasi. Menurut Stringer (Wirawan, 2007:138-139), terdapat tiga alasan mengapa kepemimpinan sangat besar lengan berkuasa terhadap iklim organisasi.
a. Kepemimpinan merembes ke tiruana unit dan acara organisasi. Faktor-faktor penentu iklim organisasi lainnya menyerupai pengaturan organisasi dan taktik dikomunikasikan kepada anggota organisasi melalui kata-kata dan tindakan manajer atau pemimpin kelompok kerja yang diekspresikan sebagai kepemimpinan.
b. Penelitian mengatakan bahwa kepemimpinan memiliki efek paling besar terhadap iklim organisasi.
c. Kepemimpinan ialah faktor penentu iklim organisasi yang paling simpel dirubah, jadi perubahan dalam iklim organisasi dan dari sini kinerja sanggup dicapai melalui perubahan kepemimpinan.