Mendukung Haram Mengucapkan Selamat Natal

Polemik aturan mengucapkan selamat natal selalu menjadi perdebatan gerah, setiap tahun. Menjelang perayaan hari natal. Ada yang menganggap bahwa Muslim dihentikan mengucapkan selamat natal sebab sanggup mengganggu akidah.

Sebenarnya apa sih aturan mengucapkan selamat natal bagi orang Islam atau muslim? Berikut ini klarifikasi dari beberapa pendapat yang sudah dirangkum. Baik pendapat yang menyampaikan bahwa haram maupun pendapat yang menyampaikan boleh.


Apa alasan mengucapkan natal itu haram hukumnya? Berikut ini rangkuman dari beberapa judul postingan dari mesin pencari google dengan kata kunci "Dalil haram mengucapkan natal".

Segenap Keluarga Mengucapkan Selamat Hari Natal


Lima judul postingan berturut-turut ialah sebagai diberikut:

Alasan Terlarangnya Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim (muslim.or.id)

Hukum dan Dalil Berdasarkan Quran dan Hadits Mengucapkan Selamat Natal (id-id.facebook.com)

Ulama Sepakat, Haram Mengucapkan Selamat Natal (rumaysho.com)

Dalil-dalil yang Menunjukkan Larangan Ucapkan Selamat Natal (nahimunkar.org)

INI Alasan Haramnya Mengucapkan Selamat Natal (voa-islam.com)

Dari judulnya saja sudah jelas, bahwa artikel-artikel di atas eksklusif mengharamkan dan melarang ucapan selamat natal yang dilakukan oleh muslim kepada umat kristen.

Sementara itu, judul yang keenam dari eramuslim.com lebih 'lunak'. Judul postingannya Hukum Mengucapkan Selamat Natal tanpa eksklusif menggunakan kata 'haram' atau 'larangan' mengucapkan natal. Meskipun dalam isi artikelnya, mengucapkan natal tetap haram dan dihentikan kecuali dalam keadaan darurat.

Dari sekiat judul, diberita tentang aturan dan dalil larangan mengucapkan selamat natal di atas, rerata menyandarkan pada Alquran, Hadits, dan Pendapat Para Ulama. Salah satu yang selalu dikutip adalah, barang siapa mirip suatu kaum, maka itu termasuk dalam golongannya. Kemudian, ayat yang berbunyi Janganlah kalian menlampaui Nasrani dan Yahudi dalam mengucapkan salam. Juga ayat Quran yang bahkan juga sering digunakan oleh kelompok yang beropini bahwa mengucapkan natal boleh-boleh saja. Yaitu ayat bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Sesudah menggunakan kata kunci yang mengaramkan, saya coba lagi mencari di mesin pencari google dengan kata kunci "Alasan Tidak Haram Mengucapkan Selamat Natal". Justru judul postingan yang muncul ialah tentang dalil dan alasan yang mengharamkan ucapan natal.

Berikut ini judul-judul artikel yang muncul dalam halaman pertama:

Alasan Terlarangnya Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim (muslim.or.id).

9 Alasan untuk Tidak Mengucapkan Selamat Natal (kiblat.net)

Haram atau Tidak Umat Muslim Mengucapkan Selamat Natal, Begini Penjelasannya. (kaltim.tribunnews.com)

Hanya Mengucapkan Natal Kok Haram? (seword.com)

INI Alasan Orang Islam Dilarang Mengucapkan Selamat Natal (rancahpost.co.id)

Kebanyakan artikel di atas justru menunjukan bahwa mengucapkan natal itu dilarang, tidak boleh diucapkan oleh muslim kepada umat kristen yang sedang melaksanakan perayaan.

Nah, bahwasanya boleh apa tidak sih seorang muslim mengucapkan selamat natal? Apakah tidak mengganggu keimanan kita kalau kita mengucapkan selamat natal?

Berikut ini klarifikasi dari beberapa sumber yang pernah saya baca dan saya dengar.

Dulu dikala menpenghasilan, dikala masih kecil ada klarifikasi dari guru npenghasilan saya bahwa barang siapa mirip suatu kaum, maka ia termasuk dalam kaum tersebut. Awalnya, sebab saya masih kecil, masih Sekolah Menengah Pertama maka penjelasannya adalah: jika mirip orang Belanda yang kafir maka kita termasuk orang kafir itu. Ini konteksnya penjajahan. Maka tidak sedikit yang beropini bahwa setelan jas dan dasi itu haram sebab sama dengan orang kafir.

Tapi klarifikasi itu lambat laun semakin mengembang, sehabis saya pikir dan saya baca dari rujukan yang mutakhir, baik secara literal maupun kontekstual. Jika memang dasi dan jas itu haram, tapi mengapa foto Wahid Hasyim (Ayahanda Gus Dur) di zaman perang kemerdekaan sudah berjas dan berdasi. Selain itu, saya juga mulai berpikir bahwa orang berjubah dan bergamis, serta berkerudung pun belum tentu Islam.

Bahkan dikala menpenghasilan, sehabis duduk di dingklik SMA, ada klarifikasi bahwa pada suatu dikala Sahabat Ali terlambat hadir ke jamaah di masjid sebab tidak mau menlampaui seorang bau tanah yang searah dengannya menuju masjid. Bapak bau tanah berjalan perlahan, Ali berjalan di belakangnya. Ternyata Bapak bau tanah itu tidak hendak ke masjid, ia seorang Yahudi.

Jadi, sanggup ditarik kesimpulan bahwa pakaian yang digunakan Orang Tua Yahudi tersebut sama dengan pakaian orang Islam. Sampai-sampai Ali salah kira.

Jadi, pakaian itu bukan menjadi cuilan dari agama. Jika menengak ke Timur Tengah, pakaian yang digunakan oleh Yahudi, Kristen, Islam, bahkan yang atheis sama. Model pakaian bukan ialah cuilan dari akidah. Meskipun dalam Islam ada ketentuan menutup aurat. Pakaian spesialuntuk cuilan dari budaya insan yang tidak bekerjasama dengan akidah.

Begitu pula dengan baju merah tebal dengan bulu-bulu putih di cuilan tepi lubangnya yang identik dengan baju tokoh fiksi santaclaus atau sinterklas. Namanya saja itu ialah topi natal, tapi apakah menggunakan baju atau topi mirip itu berarti kita sudah menjadi kristen, tentu tidak kan? Itu spesialuntuk produk budaya. Bahkan dalam aliran kristen sekalipun tidak ada kewajiban mempercayai adanya tokoh tambun yang sanggup mengendarai kereta salju yang sanggup terbang itu.

Sama halnya dengan ketupat, yang di Indonesia identik dengan Idulfitri, itu spesialuntuk budaya. Tidak ada kewajiban bagi muslim untuk membuat ketupat.

Jika logika topi natal haram sebab mirip dan dibentuk oleh orang kristen, bukan orang Islam maka segala masakan di dunia ini sanggup jadi haram. Muslim tidak boleh makan mie, sebab mie diciptakan oleh orang China, begitu pula dengan Tahu, Bakso, Pangsit, dan sebagainya. Begitu pula dengan roti dan telur. Telur identik dengan dengan perayaan paskah, maka kita tidak boleh makan telur. Masak beragama sesempit itu? Tentu tidak kan?

Begitu dengan ucapan selamat natal. Jika hingga spesialuntuk mengucapkan 'selamat hari natal' maka itu mengganggu keimanan kita, betapa lemah keimanan kita? Apakah dengan mengucapkan ucapan selamat natal berarti juga kita selaku muslim meyakini bahwa Yesus Kristus yang kuasa kita? Kalau saya sih tidak. Ketika saya mengucapkan selamat natal, saya percaya bahwa Yesus itu yang kuasa umat Kristen.

Penjelasan sederhana tentang ucapan natal sanggup dirangkum dalam susunan kalimat diberikut ini:

Menjaga keamanan perayaan natal? Boleh.

Mengirim masakan atau hadiah kepada orang yang merayakan natal? Boleh.

Mengucapkan selamat natal? Boleh.

Yang tidak boleh adalah, mengikuti ibadah natal. Itu sudah cuilan dari akidah.

Begitu saja.

Selanjutnya berkaitan dengan judul goresan pena ini, "Mendukung Haram Mengucapkan Selamat Natal" begini penjelasannya.

Haram ialah kenalan dari Cak Rat. Teman Cak Rat itu nama lengkapnya ialah Muharram sebab lahir pada bulan Suro alias bulan Muharram. Maka oleh orang tuanya didiberi nama Muharam, panggilannya ialah Haram. Nah, si Haram ini mengucapkan selamat natal. Maka, Cak Rat mendukung Haram mengucapkan selamat natal kepada rekannya yang merayakannya. Karena Cak Rat ialah mitra aku, maka saya juga mendukung Haram Mengucapkan Selamat Natal!
close