Jemuahlegian Aktivitas Yang Mengikuti Perkembangan Zaman

Tambulan Kenduri yang Tidak Hanya Jajanan Pasar
Jemuahlegian Kegiatan yang Mengikuti Perkembangan Zaman
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya dalam postingan NILAI POSITIF DALAM ‘JEMUAHLEGIAN’ kegiatan ini sanggup diartikan sebagai: Kegiatan berkumpulnya sekelompok masyarakat dalam satu lingkungan pada kamis malam jumat setelah magrib  untuk membaca zikir dan doa sambil membawa kuliner dan saling menukarkan kuliner tersebut.
Definisinya tampaknya dari doloe tetap menyerupai itu, tetapi bentuk uborampe atau perlengkapannya tidak sama. Dulu untuk memanggil masyarakat sekitar musala daerah kenduri (dalam bahasa jawa kenduren atau kendurenan) dipakai kentongan, kini meskipun masih ada juga yang memakai kentongan sebagai penanda ada pula yang memakai pengeras suara. Dalam bahasa Jawa biasanya disiarkan melalui pengeras bunyi “bapak-bapak ingkang badhe jemuahlegian dipun aturi enggal-enggal kempal teng musholla” (Bapak-bapak yang hendak mengikuti kegiatan jemuahlegian diharapkan segera berkumpul di musala). Itu perkembangan pertama.
Yang kedua, kuliner (Jawa: Tambulan)
yang dibawa juga mengikuti perkembangan zaman. Awalnya yang berubah spesialuntuk kemasannya. Awalnya wadah untuk membawa kuliner yakni ancak (wadah persegi dengan tepi yang terbuat dari punggung daun pisang yang ditusuk dengan kalau bambu, menjadi menyerupai keranjang sederhana sekali pakai), kini memakai nampan bahkan ada pula yang memakai nampan plastik sekali pakai. Kemudian berkembang lagi yang pertamanya makan-makanan tersebut ditutup dengan daun pisang, kini sudah ditutup dengan kertas pembungkus kuliner (kertas minyak). Dari segi makanan. Dulu yang dibawa yakni kuliner (jajanan) khas sederhana yang dibentuk khusus untuk acara-acara tersebut, contohnya buah labu yang dikukus dan didiberi parutan kelapa, atau membawa kuliner lengkap dengan lauk pauknya, atau kue-kue tradisional lain. Sekarang, kuliner yang dibawa sebagai tambul memang masih ada yang sama menyerupai doloe, contohnya nasi dan lauk pauknya, tetapi ada pula (bahkan kecenderungannya hampir tiruananya) memakai roti bungkus yang biasanya dibeli sebagai kuliner enteng. Ada pula yang memang sengaja membeli aneka macam macam kuliner enteng pabrikan yang dijual di warung-warung sebagai tambulan.


Masalah yang dibahas pun juga berkembang. Dulu tidak pernah dibahas wacana gosip terorisme dalam kenduri tiap sebulan sekali tersebut, tetapi kini pemimpin doa juga mengingatkan ancaman terorisme dan tidakboleh hingga terlibat. Juga isu-isu sosial lain yang sedang hangat dibicarakan dalam lingkungan komunitas tersebut.

Meskipun mengalami perkembangan dan pembiasaan dengan keadaan dan kemajuan zaman, esensi dari kenduri Jemuahlegian tetaplah kokoh dan tidak berubah. Yaitu menjadi wadah dakwah dan interaksi dengan yang kuasa dan masyarakat (tetangga) sekitar rumah. 
close