Ada yang menarikdanunik dikala membuka twitter hari ini. Iwan Fals meminta maaf kepada 'bajingan' sebab terlalu sering disebut. Iwan Fals meminta maaf kepada Bajingan setelah salah satu pengikutnya mempersembahkan pranala yang menandakan bahwa bajingan ialah sebutan untuk profesi pengendali cikar atau pegon.
Cikar ialah gerobak yang ditarik dengan tenaga sapi. Bisa satu sapi atau dua sapi. Bahasa lain dari cikar ialah pegon. Cikar atau pegon masih ditemukan di sebagian wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang masih memakai pegon atau cikar sebagai alat angkut ialah Jember. Khususnya di kawasan Jember selatan (Kecamatan Wuluhan dan Ambulu).
Merujuk pada id.wikipedia.org Cikar atau pegon sekarang sebatas dipakai sebagai pertunjukan dan festival. Padahal pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Sebagian masyarakat di Jember masih percaya kepada pegon atau cikar sebab kemampuannya mengangkut beban yang sangat berat dibanding kendaraan bermesin seukurannya.
Jadi, kata bajingan setara dengan kusir, pilot, masinis, nahkoda, dan para pengemudi lainnya. Hanya saja yang dikemudikan tidak sama. Kusir mengendali kereta kuda. Sementara pilot mengendali pilot, dan seterusnya.
Bajingan pada zaman lampau identik dengan celana yang lebar. Maka bentuk celananya juga disebut dengan celana bajingan.
Adapun pergeseran makna bajingan sebagai umpatan dikarenakan kondisi sosial. Pada mulanya, bajingan sang pengendalai kereta sapi tidak meentu jadwalnya. Hal ini diubahsuaikan dengan beban yang diangkut dan kekuatan sapi. Jadwal yang tidak menentu ini menyebabkan orang yang acapkali menunggu menjadi marah-marah dan kesal sehingga menyebutnya bajingan!
Dienten ora teko-teko, bajingan tenan iki!
(ditunggu-tunggu tak juga hadir, benar-benar bajingan!)
Dalam perkembangannya, kata bajingan dalam umpatan tersebut tidak spesialuntuk ditujukan kepada pengendali kereta sapi, tetapi juga kepada tiruana orang yang membuat kesal. Biasanya orang yang membuat kesal dan jengkel ialah para pelaku kriminal, hasilnya bajingan identik dengan orang-orang pelaku kriminal.
Lambat laun, kata bajingan identik dengan pelaku kriminal secara langsung. Hal ini diperkuat dengan istilah lain yang mendukung yaitu bajing loncat. Istilah ini merujuk pada pelau kriminal yang menjarah kendaraan di jalan raya.
Jadilah kata bajingan dasosiasikan dengan kata bajing loncat dan pelaku kriminal.
Nah, dikala Iwan Fals meminta maaf kepada bajingan, aku yakin ia sedang meminta maaf pada para pengendali kereta sapi yang jumlahnya masih banyak di Kabupaten Jember. Sementara pada para bajingan yang memang bajingan perongrong keadaan, ia niscaya tetap mengumpat: Dasar Bajingan!
Yang perlu di ingat, bajingan tidak otomatis sama dengan butidakboleh. Lebih menentukan jadi butidakboleh atau bajingan?
Cikar ialah gerobak yang ditarik dengan tenaga sapi. Bisa satu sapi atau dua sapi. Bahasa lain dari cikar ialah pegon. Cikar atau pegon masih ditemukan di sebagian wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang masih memakai pegon atau cikar sebagai alat angkut ialah Jember. Khususnya di kawasan Jember selatan (Kecamatan Wuluhan dan Ambulu).
Twit Iwan Fals wacana Bajingan | Tangkapan Layar Twitter |
Jadi, kata bajingan setara dengan kusir, pilot, masinis, nahkoda, dan para pengemudi lainnya. Hanya saja yang dikemudikan tidak sama. Kusir mengendali kereta kuda. Sementara pilot mengendali pilot, dan seterusnya.
Bajingan pada zaman lampau identik dengan celana yang lebar. Maka bentuk celananya juga disebut dengan celana bajingan.
Adapun pergeseran makna bajingan sebagai umpatan dikarenakan kondisi sosial. Pada mulanya, bajingan sang pengendalai kereta sapi tidak meentu jadwalnya. Hal ini diubahsuaikan dengan beban yang diangkut dan kekuatan sapi. Jadwal yang tidak menentu ini menyebabkan orang yang acapkali menunggu menjadi marah-marah dan kesal sehingga menyebutnya bajingan!
Dienten ora teko-teko, bajingan tenan iki!
(ditunggu-tunggu tak juga hadir, benar-benar bajingan!)
Dalam perkembangannya, kata bajingan dalam umpatan tersebut tidak spesialuntuk ditujukan kepada pengendali kereta sapi, tetapi juga kepada tiruana orang yang membuat kesal. Biasanya orang yang membuat kesal dan jengkel ialah para pelaku kriminal, hasilnya bajingan identik dengan orang-orang pelaku kriminal.
Lambat laun, kata bajingan identik dengan pelaku kriminal secara langsung. Hal ini diperkuat dengan istilah lain yang mendukung yaitu bajing loncat. Istilah ini merujuk pada pelau kriminal yang menjarah kendaraan di jalan raya.
Jadilah kata bajingan dasosiasikan dengan kata bajing loncat dan pelaku kriminal.
Nah, dikala Iwan Fals meminta maaf kepada bajingan, aku yakin ia sedang meminta maaf pada para pengendali kereta sapi yang jumlahnya masih banyak di Kabupaten Jember. Sementara pada para bajingan yang memang bajingan perongrong keadaan, ia niscaya tetap mengumpat: Dasar Bajingan!
Yang perlu di ingat, bajingan tidak otomatis sama dengan butidakboleh. Lebih menentukan jadi butidakboleh atau bajingan?