A. Hakekat Anak Usia Dini
Pada hakikatnya anak ialah makhluk individu yang membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya guru dan pendidik anak usia dini lainnya tidaklah sanggup menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seperti kosong melompong. Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang sanggup merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut (Sujiono, 2009:55).
Anak usia dini ialah anak yang berada pada rentangan usia 0 tahun (dari lahir) hingga 8 tahun. Anak usia pra sekolah ialah kelompok anak berusia sekitar 4-6 tahun yang ialah kepingan dari anak usia dini. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80% (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:1)
Pada masa anak usia dini ialah periode kritis dalam perkembangan anak. Hasil kajian neurologi menawarkan bahwa pada ketika lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses diberikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan optimal sambungan ini harus diperkuat melalui banyak sekali rangsangan psikososial, lantaran sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami penyusutan dan musnah (Jalal dalam Wahyudin dan Agustin, 2010:2)
Anak usia dini ialah masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk mendapatkan banyak sekali upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka ialah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang didiberikan oleh lingkungan. Masa ini ialah masa untuk meletakkan dasar pertama dalam membuatkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh alasannya ialah itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak biar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:1).
B. Konsep Bermain
Bermain ialah acara yang bawah umur lakukan sepanjang hari lantaran bagi anak bermain ialah hidup dan hidup ialah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar, dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka mempunyai peluang. Piaget dalam Sujiono (2009:144) menyampaikan bahwa bermain ialah suatu acara yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/ kepuasan bagi diri seseorang.
Melalui bermain anak berguru mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Makara bermain ialah cermin perkembangan anak. Bermain juga ialah tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain anak akan sanggup memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan perilaku hidup.
Melalui acara bermain anak sanggup membuatkan kreativitasnya, yaitu melaksanakan acara yang mengandung kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara gres dan sebagainya. Melalui acara bermain anak juga sanggup melatih kemampuan bahasanya dengan cara: mendengarkan berguaka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Melalui bermain anak sanggup meningkatkan kepekaan emosinya dengan cara mengenalkan bermacam perasaan, mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan, menumbuhkan kepercayaan diri. Melalui bermain anak sanggup membuatkan kemampuan sosialnya, mirip membina kekerabatan dengan anak lain, bertingkah laris sesuai dengan tuntutan masyarakat, beradaptasi dengan mitra sebaya, sanggup memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:145) intinya bermain mempunyai tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain ialah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini mempunyai potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.
Aktivitas bermain menyerupai laboratorium bahasa (Djuanda, 2006:18). Selama anak bermain, mereka mengungkapkan banyak sekali kata, banyak sekali ragam bahasa. Selama bermain, mereka memperoleh peluang untuk bercakap-cakap, berargumentasi, menerangkan, meyakinkan. Bahkan waktu bermain imajinasi pun, ia bercakap-cakap. Bermain memungkinkan anak bereksperimen dengan kata-kata baru, sehingga memperkaya perbendaharaan kata serta keterampilan pemahamannya. Dalam proses ini bawah umur bisa menemukan hal menggembirakan yang membawa kesenangan tersendiri.
Uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh peluang menentukan acara yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam materi dan alat, diberimajinasi, memecahkan persoalan dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang sangat bahagia.
C. Hakikat Kemampuan Anak Taman Kanak-Kanak dalam Membilang
1. Pengertian Membilang
Salah satu unsur yang ada didalam matematika ialah kemampuan membilang. Menurut Copley (2001:55) membilang ialah komponen penting dalam bilangan dan operasi. melaluiataubersamaini demikian terdapat unsur penting dalam membilang diantaranya:
Pertama, dengan membilang bawah umur menyadari adanya urutan dalam system bilangan. Bilangan 1 diikuti 1 diikuti bilangan 2 bilangan 2 diikuti bilangan 3 dan seterusnya, hal ini selaras dengan pendapat Copley (2001:55) bahwa “….dalam membilang memerlukan kecakapan membawakan urutan bilangan”. Kedua, dengan membilang bawah umur menyadari bahwa tiap-tiap bilangan ialah satu lebih dari bilangan yang menlampauinya, atau satu kurang dari bilangan diberikutnya. Bilangan 5 ialah 1 lebih dari 4 dan 1 kurang dari 6. Ketiga, dalam kehidupan sehari-hari bawah umur banyak membilang. Membilang dengan satuan 1, 2, 3 dan seterusnya.
melaluiataubersamaini demikian untuk menyadari konsep membilang, diharapkan dua faktor. Pertama, untuk membilang harus ada yang dibilang atau asfek sosial dari pembelajaran. Kedua, untuk membilang dalam diri bawah umur harus ada pengertian ihwal perurutan bilangan atau asfek matematis.
Bilangan dan operasi bilangan berdasarkan Sriningsih (2009:63) “anak sanggup memakai konsep dasar aritmatika yang mencakup kekerabatan satu-satu (one-to-one correspondence), berhitung, angka, nilai dan tempat, operasi bilangan lingkaran da pecahan”.
Pakasi dalam Andriani (2009:24) menyatakan bahwa konsep membilang ialah suatu hal yang bersifat abstrak. Konsep ini tidak sanggup ditangkap dengan alat indra melainkan sanggup di pegang dengan pikiran. Konsep membilang spesialuntuk ada dalam pikiran. Misalnya bila anak menyampaikan tiga buah titik atau empat buah titik, maka yang dilihat oleh mata ialah titik dan bilangan, bilangan itu anak ketahui dan pahami. Mengembangkan konsep bilangan, bawah umur perlu didiberikan peluang untuk melaksanakan banyak sekali acara yang bekerjasama dengan jumlah.
2. Indikator Kemampuan Membilang Anak TK
Copley (2001) mengungkapkan indikator yang berkaitan dengan bilangan yaitu berhitung, kuantitas, operasi bilangan, perbandingan, pengenalan dan penulisan bilangan, dan posisi tempat. Berhitung, ialah kemampuan untuk sebut angka secara urut dari satu, dua, tiga, dan seterusnya hingga anak mengingatnya.
Hubungan dari satu ke satu, ialah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengurutkan, menyesuaikan jumlah angka dan benda-benda. Misalnya kalau jumlah angka ada yang 10 maka anak harus mengungkapkannya dengan benda yang berjumlah sama yaitu 10. Kuantitas ialah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengetahui jumlah benda yang ada di hadapannya dengan cara menghitung secara urut benda tersebut.
Mengenal dan menulis angka ialah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengetahui angka 1-10 atau lebih. Pada mulanya untuk mengenal angka anak diperkenalkan lampau dengan simbol untuk angka yang kemudian dihubungkan untuk menulis angka. Dapat dilakukan dengan guru atau orang tua, caranya yaitu dengan menunjukkan beberapa gambar kemudian anak diminta untuk menulis jumlah gambar tersebut dengan angka.
Sedangkan membilang untuk taman kanak-kanak ialah untuk menawarkan pengetahuan ihwal angka dan sistem nomor. Dalam Standar pendidikan anak usia dini indikator membilang untuk Taman Kanak-kanak kelompok B yaitu:
(1) Menyebut urutan bilangan dari 1 hingga 10; (2) Mengenal konsep bilangan benda-benda hingga 10; (3) Menunjuk lambang bilangan 1-10; (4) Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda; (5) Meniru lambang bilangan 1-10.
3. Materi Bilangan Pada Anak TK
Bilangan dan operasi bilangan ialah salah satu pembelajaran matematika yang diputuskan oleh NCTM (2003). Copley (2001) mengemukakan lima kemampuan yang diajarkan dalam bilangan dan operasi bilangan, yaitu (1) counting, (2) quantity, (3) change operations, (4) comparison dan (5) place value. Adapun kemampuan-kemampuan yang akan dibahas dalam pembelajaran kompetensi bilangan anak adalah: (1) counting, (2) kekerabatan satu-satu, (3) kuantitas dan (4) mengenal angka.
Counting atau berhitung berdasarkan Adawiyah (2011) ialah kemampuan anak untuk sebut urutan bilangan / membilang buta (roote counting /rational counting) atau kemampuan memperagakan sebuah pemahaman mengenal angka dan jumlah. Misalnya berhitung 1-10 dengan watu kerikil. Hubungan satu-satu ialah kemampuan yang bertujuan untuk menanamkan konsep pada anak bahwa satu benda sanggup dihubungkan dengan benda lain. Misalnya satu makanan ringan anggun untuk satu anak. Kuantitas ialah kemampuan utuk menyampaikan banyaknya benda dalam satu kelompok tertentu dengan sebut angka terakhir pada urutan berhitungnya. Misalnya sepuluh jari yang dimiliki oleh setiap anak. Mengenal angka ialah kemampuan anak dalam memahami 10 simbol dasar (1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan 0) dan mengingat bentuk dari masing-masing simbol tersebut.
4. Tahapan Pengenalan Bilangan Anak Usia Dini
Menurut Garnida (2011) anak membangun konsep-konsep matematika melalui banyak sekali acara sehari-hari yang mereka lakukan. Anak-anak sering mendengar dan mengucapkan kata-kata yang bekerjasama dengan matematika dari orang tua, guru, dan sesamanya. Pada umumnya anak mendengar dan mengucapkan terlebih lampau banyak sekali konsep yang bekerjasama dengan matematika gres kemudian dengan seiring meningkatnya usia dan kemampuan berfikirnya ia mulai memahami konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam.
Mengenalkan bilangan pada anak harus menarikdanunik dan sangat bahagia, hal ini disebabkan biar minat anak tumbuh dengan sendirinya yakni dengan cara bermain. Tentu disini bukan untuk menjejali anak dengan pelajaran materi berhitung tetapi lebih kepada simbol angka yang kongkrit dan sangat senang yaitu dengan cara bermain. sepertiyang diungkapkan Montessori dalam Erawati (2010) menyampaikan bahwa dengan bermain bawah umur mempunyai kemampuan untuk memahami konsep dan pengertian secara alamiah tanpa paksaan mirip konsep bilangan dan konsep warna.
Sedangkan berdasarkan Simanjuntak dalam Erawati (2010:16) bahwa pembelajaran matematika dan bilangan berdasarkan tahapan perkembangan mental anak diantaranya sebagai diberikut: 1. Belajar matematika dan bilangan sanggup dimulai pada usia muda apabila anak sudah siap berguru atau diubahsuaikan dengan perkembangan mental anak, 2. Untuk megampangkan anak berguru matematika harus di mulai dari yang kongkrit (kerja praktek) kearah yang abstrak, 3. Pada ketika tahap praoperasional anak berpindah dengan cepat ke tahap operasional kongkrit apabila anak dilatih dengan mainan yang sanggup membuatkan daya pikir anak.
Menurut NCTM dalam Andriani (2009:29) terdapat beberapa prinsip dan standar pembelajaran operasi dalam kurikulum pembelajaran matematika untuk pra taman kanak-kanak hingga kelas 2 sekolah dasar. Program isyarat tersebut ialah “understand numbers, way of refresenting numbers, relationship among numbers and system”. Program pembelajaran ini sebut bahwa anak diharapkan sanggup memahami bilangan, cara-cara menggambarkan bilangan hubungan-hubungan antara bilangan dan system bilangan sebagai diberikut:
a. Menghitung dengan pemahaman dan mengenali “berapa banyak” objek dalan himpunan benda.
b. Menggunakan banyak sekali model untuk membuatkan pemahaman pertama ihwal nilai daerah dan sistem bilangan dasar 10.
c. Mengembangkan pemahaman posisi relatif, besarnya bilangan, bilangan ordinal dan kardinal serta hubungan-hubungannya.
d. Mengembangkan pemahaman bilangan dan memakai cara-cara termasuk menghubungkan, menggabungkan dan menguraikan bilangan.
e. Menghubungkan bilangan dan angka dengan jumlah-jumlah yang digambarkan, dengan memakai banyak sekali model fisik dan refresentasi.
f. Memahami dan menggambarkan pecahan-pecahan yang biasa dugunakan mirip ¼ dan ½.
Menurut tahapan perkembangan di atas, pada tahapan menghitung dengan pemahaman dan mengenali “berapa banyak” objek dalam himpunan benda. Anak diharapkan sanggup membilang banyak sekali himpunan benda dan mengenali beberapa jumlahnya. Hal ini mempersembahkan citra bahwa untuk sanggup memahami bilangan dan memahami unsur jumlah terikat didalamnya, bawah umur diharapkan dengan pemahaman dan bukuan dengan hapalan.
Berdasarkan paparan di atas sanggup disimpulkan bahwa penyampaian materi pembelajaran membilang untuk anak usia taman kanak-kanak tidaklah gampang, anak tidak sanggup memahami materi pembelajaran secara langsung, tetapi harus dilakukan secara sedikit demi sedikit dengan memakai media yang sesuai dengan materi pembelajaran membilang untuk anak.
D. Permainan Kartu Angka
Permainan ini dirancang sebagai permainan berkelompok. masing-masing anggota kelompok didiberi kartu yang bertuliskan angka secara acak. Sesudah itu mereka disuruh untuk membuat deretan barisan berdasarkan urutan yang dikehendaki, mulai dari yang terkecil atau mulai dari yang terbesar secepat mungkin. Kelompok yang bisa menyusun barisan paling cepat sesuai urutan menjadi pemenang. Demi keleluasaan bermain, sangat dimasukankan permainan ini dilakukan di luar ruangan.
Kartu bisa dibentuk dari kertas yang tidak terpakai, bisa dari materi bekas kartun minuman yang dipotong dengan ukuran sama. Misalnya ukuran 12 cm x 17 cm. Menentukan ukuran kartu angka cukup kita perhitungkan bahwa kartu tersebut kalau ditulisi bilangan ratusan, masih bisa terbaca terperinci dalam jarak 5-7 meter. Biaya yang dikeluarkan untuk media ini cukup sebuah gunting ukuran sedang serta 2 atau 3 spidol besar baik yang permguan atau board maker. Anak-anak dalam permainan ini secara tidak eksklusif juga berguru bekerja sama dalam kelompok dan bagaimana membuatkan komunikasi yang efektif dalam kelompok mereka. Permainan ini juga bisa dimodifikasi menjadi sebuah permainan bisu atau permainan buta. Pada permainan bisu, mereka tidak boleh meneriakkan angka mereka, spesialuntuk boleh menawarkan angka pada kartu mereka.
Sebaliknya pada permainan buta mereka tidak boleh menawarkan angka pada kartu mereka namun boleh meneriakkannya. melaluiataubersamaini modifikasi ini mereka bisa belajar, proses komunikasi mana yang lebih efektif, meneriakkan nomor yang ada pada kartunya atau menawarkan kartunya sambil memperhatikan kartu mitra sekelompoknya. Modifikasi ini juga mengaktifkan secara sekaligus tiruana panca indra anakdidik dan saraf motorik mereka. melaluiataubersamaini demikian konsep makna angka yang mereka pegang pada kartunya lebih dipahami anak. Anak bisa membaca angka pada kartu, tahu bagaimana bentuk tulisannya dan yang terpenting mengerti maknanya.