2.1 Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini ialah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan mendasar bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam aneka macam aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang didiberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009:6).
Anak usia dini atau anak usia prasekolah ialah fase perkembangan individu, ketika anak mulai mempunyai kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau wanita, sanggup mengatur diri dalam membuang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005:162).
Pada ketika anak mulai memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin berdikari dan mulai mendekatkan diri pada kawan-kawan sebayanya. Pada tahapan usia 3 tahun ini anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan apa yang sudah bisa dilakukan dan yang belum bisa dilakukan. Anak akan melaksanakan kegiatan yang bisa untuk dilakukannya. Selain itu, rujukan kegiatan bermainnya pun sudah berubah lantaran anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan anak lain tanpa interaksi dan tidak mau mempersembahkan mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya. Hal ini berdampak pada kegiatan bermain mereka yang seringkali diwarnai dengan konflik atau pertikaian tetapi biasanya spesialuntuk bersifat sementara saja (Sujiono dan Sujiono, 2010:23).
Pada hakikatnya anak usia dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain secara alamiah memdiberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang kemudian mempersembahkan kepuasan baginya (Montolalu, 2009:2).
Menurut Montessori (dalam Putra dan Dwilestari, 2012:35) mengemukakan bahwa anak usia dini menyerap ilmu pengetahuan secara eksklusif ke dalam alam psikisnya. Semata-mata dengan melanjutkan hidup, anak berguru menuturkan bahasa ibu/aslinya. Anak membuat “otot mentalnya” sendiri dengan menggunakan segala sesuatu yang dijumpainya di sekelilingnya untuk tujuan itu.
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1) Anak-anak pada usia tersebut menawarkan sikap yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak garang pada saat-saat tertentu.
2) Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih susah untuk membedakan antara imajinasi dan kenyataan.
3) Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan sanggup bekerja sama dengan mitra dan orang lain tetapi pada ketika yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4) Anak bisa menyebarkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan bunyi keras ketika mereka memecahkan persoalan atau menuntaskan suatu kegiatan, serta
5) Secara fisik, anak mempunyai tenaga yang besar tetapi rentang seriusnya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
2.2 Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan pada anak usia dini intinya mencakup seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang bau tanah dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan membuat aura dan lingkungan dimana anak sanggup mengeksplorasi pengalaman yang mempersembahkan peluang kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman berguru yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, menggandakan dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan anak usia dini intinya harus mencakup aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak (Sujiono, 2009:7).
Pada masa ini, anak sudah mempunyai dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan mitra sebaya). Melalui pengalaman diberinteraksi dengan orang lain anak berguru memahami tentang kegiatan mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. (Yusuf, 2005:175).
Pendidikan dasar anak usia dini intinya harus berdasarkan pada nilai-nilai filosofis dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan agama yang dianutnya. Di dalam Islam dikatakan bahwa “seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah/Islam/lurus”, orang bau tanah mereka yang membuat anaknya menjadi yahudi, nasrani atau majusi,” maka bagaimana kita bisa menjaga serta meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan dari semenjak usia dini (Sujiono, 2009:9).
2.3 Kemampuan Motorik
Motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh atau pergerakan. Kecerdasan motorik anak dipengaruhi oleh aspek perkembangan fisik motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh dengan didiberikan stimulasi eksklusif dalam kegiatan yang holistik. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik ialah perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan otak.
Pada anak usia 5 tahun, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai tingkat kematangannya dan menstimulasi serta mendorong aneka macam kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas dalam kegiatannya. Otot besar yang mengontrol aneka macam gerakan motorik garang berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol aneka macam kegiatan motorik halus. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, ibarat mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak sudah mempunyai kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang ibarat berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.
Ketika anak bisa melaksanakan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seolah-olah tidak mau berhenti melaksanakan kegiatan fisik, baik yang melibatkan motorik garang maupun motorik halus. Pada ketika mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, perlu didiberikan aneka macam peluang dan pengalaman yang sanggup meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal (Saputra, 2005:36).
Kemampuan gerak dasar ialah kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan penguasaan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik, pada masa pertama dan pembentukan rujukan gerak dasar. Gerak dasar tersebut mencakup berjalan, berlari, melompati, dan meloncat. Kesalahan pada gerak dasar yang tidak dikoreksi akan merugikan anak tersebut dan akan bersifat menetap dan sukar untuk dirubah, kerugian tersebut meliputi:
1. Tidak efesiensinya gerakan,
2. Buruknya mekanika pada ketika penampilan
3. Kemungkinan terjadinya cidera lebih besar,
4. Pengeluaran energi lebih besar/pemborosan energi dan
5. Prestasi yang diraih tidak terbaik akhir dari menurunnya kualitas gerak.
2.4 Peran Guru Dalam Mengembangkan Motorik Anak TK
Anak-anak usia Taman Kanak-kanak ialah belum dewasa yang masih sangat memerlukan pengawasan dan bimbingan dari orang yang lebih tua. Salah satu cara berguru anak Taman Kanak-kanak ialah dengan menggandakan perbuatan orang-orang yang lebih tua, contohnya orang tuanya atau gurunya. Oleh lantaran itu, dalam menyebarkan aneka macam kemampuan dasar anak di Taman Kanak-kanak kiprah guru sangatlah penting.
Dalam merencanakan kegiatan fisik/motorik seorang guru membutuhkan latar belakang yang besar lengan berkuasa untuk menentukan kegiatan fisik/motorik yang bermakna dan sesuai bagi anak didiknya. Guru juga perlu menentukan tingkat keberhasilan yang terlalu tinggi sehingga anak susah mencapainya maka anak akan merasa tertekan lantaran ia tidak sanggup melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh alasannya ialah itu, guru perlu mempelajari tingkat kemampuan anak didiknya sehingga sanggup menentukan jenis kegiatan dan ukuran keberhasilan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Guru mempunyai kiprah yang penting dalam pengembangan fisik/motorik dan sensitivitas anak sanggup dikembangkan. Disekolah, gurulah yang menentukan apa kegiatan fisik atau olahraga yang sanggup dilakukan anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Guru juga berperan dalam menumbuhkan minat anak terhadap aneka macam kegiatan motorik anak ibarat aneka macam jenis olahraga, menggambar, melipat kertas atau membuat kalung dari aneka macam bahan. Tentunya minat anak terhadap suatu jenis kegiatan motorik garang atau keterampilan motorik halus sangat beragam. Ada yang lebih senang meloncat dan berlari daripada menggambar dan menggunting. Peran gurulah yang sanggup mengarahakan dan menumbuhkan minat anak untuk mengikuti tiruana kegiatan fisik/motorik tersebut dengan tujuan biar gerakan motorik garang dan gerakan motorik halus anak sanggup dikembangkan dengan baik.
Guru sanggup memmenolong menyebarkan minat dan rasa percaya diri anak dan perasaan bisa melaksanakan aneka macam kegiatan fisik/motorik yang sesuai untuk anak TK. melaluiataubersamaini aba-aba yang baik, anak yang pemalu akan mau beraktivitas fisik bersama sekelompok kawan-kawan sebayanya. Pengembangan motorik anak yang baik akan meningkat kegiatan-kegiatan, ibarat menggenggam, melempar, meloncat, memanjat, memeras, bersiul, melatih ekspresi muka (senang, sedih, marah, benci) lari, berjinjit, berdiri, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian.
Perkembangan kekuatan otot tersebut sudah tentu perlu diimbangi dengan perkembangan dalam mengkoordinasikan gerakan antara otot yang satu dengan otot yang lainnya. melaluiataubersamaini demikian, apabila gerakan motorik garang anak sanggup berkembang dengan baik maka keterampilan motorik halus yang sudah dimiliki anak juga akan meningkat. Keterampilan anak dalam melukis, menggambar atau menulis akan menjadi lebih baik.
Dalam merencanakan kegiatan motorik, guru perlu menentukan tujuan yang akan dicapai. Guru juga perlu menentukan gerak dan keterampilan yang perlu dikuasai anak melalui pelaksanaan beberapa kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu menentukan apa dan bagaimana cara menilai hasil berguru anak serta melaporkan risikonya kepada orang bau tanah anak didik.
2.5 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesusahan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan.
Hal ini disebabkan oleh cita-cita anak untuk meletakkan balok secara tepat sehingga kadang kala meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak sudah bisa mengkoordinasikan gerakan visual motorik, ibarat mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain sanggup dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Kegiatan motorik halus sebaiknya sudah diperkenalkan kepada belum dewasa usia prasekolah. Tentu saja hal ini seiring dengan kegiatan motorik kasarnya. Sebab kegiatan motorik halus ialah langkah pertama bagi pematangan dalam hal menulis dan menggambar. Anak-anak memerlukan persiapan yang matang sebelum mereka bersekolah, sehingga kelak diharapkan mereka bisa menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada ketika bersekolah.
Sudah menjadi ciri khas, hampir tiruana anak mempunyai sifat ingin tahu yang tinggi, mempunyai imajinasi yang alami serta kreatif. Anak-anak akan menyesuaikan diri dan merespon dengan cepat ketika mereka diberinteraksi dengan orang-orang atau benda yang ada di lingkungannya. Mereka sangat tertarik dengan aneka macam hal, ibarat bagaimana sesuatu bekerja atau mengapa sesuatu terjadi sebagaimana sesuatu itu terjadi.
Keterampilan motorik halus ialah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil ibarat manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarikdanunik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat simpel namun memerlukan tes dan bimbingan biar anak sanggup melakukannya secara baik dan benar (Hamdani, 2010:25).
Keterampilan motorik halus ternyata memang harus melalui proses tes yang rutin, berkelanjutan dan tepat samasukan. Hal ini bisa dibuktikan lantaran tidak tiruana anak terpelajar menggerakkan tangannya, contohnya ada seorang anak yang kesusahan ketika ia akan memegang sebuah bola pingpong, bola tersebut selalu lepas ketika akan diraihnya, tetapi ada anak lainnya dengan begitu simpel memegangnya.
Anak yang mengalami kesusahan dalam motorik halus diakibatkan lantaran pesatnya kemajuan teknologi. Adanya permainan melalui video games atau computer sudah mengakibatkan belum dewasa kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang menggunakan motorik halus. Tentu saja hal ini sanggup mengakibatkan berkembangnya otot-otot halus pada tangan mereka kurang berkembang. Keterlambatan otot-otot ini berdampak pada anak yang mengalami kesusahan menulis ketika mereka mulai masuk sekolah. Beberapa anak menawarkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus lantaran keterlambatan tumbuh kembang atau diagnose medik ibarat down syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).
Karakteristik keterampilan motorik halus anak berdasarkan Depdiknas (2007) antara lain :
1. Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna.
2. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih tepat lagi. Tangan, lengan dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Anak juga bisa membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, ibarat dalam kegiatan proyek.
Ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya :
a. menempel
b. mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar)
c. menjahit sederhana
d. makin terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi)
e. Mengisi rujukan sederhana (dengan sobekan kertas, stempel)
f. Mengancingkan baju
g. Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung (seperti pegunungan atau bukit)
h. Menarik garis lurus, lengkung, miring.
i. Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi.
j. Melempar dan menangkap bola
Tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia dini yaitu :
a. Sebagai alat untuk pengembangan keterampilan gerak kedua tangan.
b. Anak sanggup membuat suatu hasil karya yang asli dari anak tersebut.
c. Sebagai alat untuk pengembangan koordinasi kecepatan tangan dan kecepatan mata.
d. Untuk menyeimbangkan penglihatan pada ketika seorang guru menggunakan metode demontrasi dalam pengembangan motorik halus anak.
e. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi anak.
f. Karena dalam membuat hasil karya untuk anak usia dini sangat menguras emosi anak lantaran pada dasrnya egosentrisnya sangat tinggi.
Prinsip pengembangan motorik halus berdasarkan (Jamaris, 2003:9) prinsip untuk pengembangan motorik ialah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan tes atau praktik.
a. Kematangan saraf
Pada waktu anak dilahirkan spesialuntuk mempunyai otak sebesar 25% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai dengan fungsinya dalm mengontrol aneka macam gerak motorik baik motorik garang maupun motorik halus. melaluiataubersamaini bertambahnya umur anak yang makin bertambah dan perkembangan semakin besar anak mengalami proses neurological naturalation (kematangan neorologis).
b. Urutan
Proses perkembangan fisiologis insan berlangsung secara berurutan yang terdiri atas :
1) Pembedaan yang mencakup beberapa aspek perkembangan secara berlahan dari motorik garang yang belum terarah dengan baik kepada gerak yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar.
2) Keterpaduan yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, ibarat berlari dan berhenti.
c. Motivasi
Kematangan motorik ini memotivasi untuk melaksanakan aktifitas motorik dalam lingkup yang luas, hal ini sanggup dilihat dari :
1) Aktifitas fisiologi meningkat dengan tajam.
2) Anak seolah-olah tidak mau berhenti untuk melaksanakan aktifitas fisik baik yang melibatkan motorik garang maupun motorik halus.
Motivasi yang hadir dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan Motivasi yang hadir dari luar. Misalnya mempersembahkan peluang pada anak untuk melaksanakan aneka macam aktifitas motorik dan menyediakan aneka macam masukana dan pramasukana yang dibutuhkan anak
d. Pengalaman tes
Pada ketika anak mencapai kematangan untuk terlihat secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai motivasi yang tinggi, orang bau tanah dan guru perlu memdiberi peluang dan pengalaman yang sanggup meningkatkan motorik anak secara optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk mempersembahkan anak melaksanakan kegiatan fisik akan tetapi perlu santunan dengan aneka macam akomodasi yang mempunyai kegunaan bagi pengembangan keterampilan motorik garang maupun motorik halus anak.
2.6 Kegiatan Menggambar
Menurut Depdiknas Pusat Bahasa (2002), gambar ialah angan-angan gambar yang terbayang (dikhayalkan) di angan-angan atau skema gambar yang berupa garis-garis dan ialah cuilan yang penting-penting saja. Sedangkan menggambar ialah membuat gambar, melukis. Gambar-menggambar yang perihal/menggambar dan menggambarkan artinya membuat gambar (lukisan) untuk mewujudkan (membayangkan) gambar; melukiskan (menceritakan) suatu insiden dan sebagainya.
Menurut Susanto (2009), menggambar ialah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan terkena sesuatu. Menurut Darmawan (1988) kata menggambar atau kegiatan menggambar sanggup diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya.
Menggambar ialah kegiatan yang sangat senang bagi anak-anak. Lewat menggambar, mereka bisa menuangkan bermacam-macam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan juga sanggup menawarkan tingkat kreativitas dan suasana hati masing-masing anak.
Dalam tahapan rujukan perkembangan menggambar pada anak, berdasarkan Yosef (2007) terdiri dari 6 tahap yaitu masa mencoreng, tahap prabagan, bagan, masa realisme pertama.
a. Masa Mencoreng
tahap pertama ialah tahap coreng-moreng (usia 8 bulan hingga 4 tahun). Penelitian menawarkan bahwa coreng-moreng ialah bentuk kesadaran anak pada suatu rujukan dan pertumbuhan koordinasi tangan dan mata. Goresan-goresan yang dibentuk anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek sedangkan hasil penelitian pertama menawarkan anak usia 4 tahun sudah sanggup dikatakan tahap corengan terkendali dalam menggambar dan belum sanggup dikatakan corengan berjulukan lantaran anak belum bisa menulis dan pada pertamanya, coretan spesialuntuk mengikuti perkembangan gerak motorik hingga kini anak sanggup membuat gesekan coreng-moreng dengan arah yang sudah terkendali dan ialah pengalaman kegiatan motorik.
b. Tahap Prabagan
tahap kedua ini mempunyai ciri yaitu goresan-goresannya sudah mulai terkontrol lantaran anak sudah mulai semakin menguasai gerakan-gerakan, sudah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memdiberi kesan objek dari dunia sekitarnya, koordinasi tangan lebih berkembang. Periode ini juga menjadi sangat penting lantaran dalam lingkup sosial yang lebih luas, anak menerima peluang mencipta, menjelajah, bereksperimen. Objek gambar sudah bermakna namun kekerabatan satu dan lainnya belum jelas, warna masih bersifat subjektif dan tidak sesuai dengan realitas.
Pada masa ini biasanya anak menggambar bulat dan garis. Kadang mereka juga mulai menggambar hewan dan gambar anak sering disebut sebagai simbol dari kenyataan. Anak tampak senang dengan simbol yang sederhana dari suatu obyek. Umumnya hasil gambar bersifat geometris. Gambar hewan seringkali digambar menjadi bentuk bulat sebagai kepala yang eksklusif dihubungkan dengan beberapa gars untuk bagian-bagian anggota tubuh yang lain ibarat mata, lisan dan kaki binatang.
Kebanyakan dari orang bau tanah yang peduli dengan perkembangan kreativitas putra-putrinya biasanya akan mengikutsertakan belum dewasa mereka untuk kursus menggambar atau kursus m elukis semenjak dini, lantaran semakin muda usia anak, semakin simpel diarahkan potensi dan bakatnya. Selain itu, kegiatan menggambar juga sudah menjadi cuilan dari kehidupan anak, bukan spesialuntuk sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong anak, tapi juga sebagai aktualisasi diri anak dalam bidang seni. Terlepas dari itu tiruana, perlu diketahui bahwa aktifitas mengambar mempunyai banyak manfaat bagi anak, diantaranya:
a. Sebagai Media Berekspresi
Seperti halnya orang dewasa, aktifitas menggambar ialah cara bagi anak untuk mengungkapkan perasaaan dirinya. Melalui gambar yang dibuatnya sanggup terlihat apa yang sedang dirasakannya, apakah itu perasaan gembira atau perasaan sedih.
b. Melatih anak Menggenggam pensil
Bagi sebagian anak, krayon ialah benda pertama yang digenggamnya sebelum mereka menggenggam pensil. Saat mewarnai dengan krayon itulah pertama kali anak berguru menggengam dan mengontrol pensil di tangannya. Kemampuan tersebut yang nantinya akan memmenolongnya dalam menulis ketika anak menempuh pendidikan di sekolah.
c. Melatih Kemampuan Koordinasi
Kemampuan berkoordinasi ialah manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktifitas menggambar. Dalam menggambar diharapkan koordinasi yang anggun antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam pensil, hingga menentukan dan menajamkan pensil. Kemampuan dasar berkordinasi inilah yang sanggup menyebarkan kemampuan dasar anak hingga mereka besar nanti.
d. Mengembangkan Kemampuan Motorik
Aktifitas menggambar ialah aktifitas yang sanggup memmenolong meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus menyebarkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktifitasnya kelak, ibarat dalam mengetik, mengangkat benda dan aktifitas lainnya dimana dibutuhkan kinerja otot lengan dan tangan dalam prosesnya.
e. Menggambar Meningkatkan Konsentrasi
Aktifitas menggambar sanggup melatih serius anak untuk tetap serius pada pekerjaan yang dilakukannya meskipun banyak aktifitas lain yang terjadi di sekelilingnya. Seorang anak yang sedang menuntaskan kiprah menggambar akan serius pada lembar gambar yang sedang dikerjakannya, sehingga sekalipun pun di sekelilingnya ribut dengan aktifitas belum dewasa lain, ia akan tetap serius menuntaskan kiprah menggambarnya. Kemampuan berserius inilah yang kelak mempunyai kegunaan bagi anak dalam menuntaskan soal matematika atau pelajaran lainnya yang membutuhkan serius tinggi.
f. Menggambar Melatih Anak Mengenal Garis Batas Bidang
Mengenal batas bidang gambar ialah manfaat lain dari aktifitas menggambar. Di masa pertama anak memulai aktifitas menggambar, mereka tidak akan peduli dengan garis batas gambar di hadapannya, hal tersebut wajar-wajar saja, biarkan anak merasa nyaman dan exited terlebih lampau dengan aktifitas mewarnainya. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia anak, mereka akan mulai menghargai dan memperhatikan garis-garis batas tersebut, dan berusaha untuk mewarnai gambar di hadapannya tanpa keluar garis. Membiasakan anak berguru mewarnai semenjak kecil akan melatihnya lebih peka terhadap batasan garis semenjak dini. Kemampuan inilah yang menjadi bekal mereka ketika mereka mulai berguru menulis di buku tulis bergaris.
Mengingat banyaknya manfaat kegiatan menggambar bagi anak, tak ada salahnya kalau para orangtua mulai membiasakan anak-anaknya menggambar semenjak dini, mulailah dengan gambar-gambar yang tidak terlalu detail biar anak lebih simpel mengaplikasikan yang ingin ditorehnya. Jangan terlalu banyak memdiberi aturan, baik dalam pemilihan warna maupun memdiberi batasan garis, biarlah ia bereksplorasi dengan warna-warna dan gambar di hadapannya (mommygadget.com/manfaat-mewarnai-bagi-si-kecil/).
Adapun manfaat kegiatan menggambar yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan ibarat di Taman Kanak-kanak ialah sebagai diberikut:
a. Mengembangkan Keterampilan Motorik
Ketika seorang anak menggambar sering tidak dianggap sebagai pelajaran yang membangun keterampilan. Namun, menggambar ialah kegiatan yang anggun untuk memmenolong belum dewasa menyebarkan keterampilan motorik halus mereka. Pengembangan yang tepat dari keterampilan motorik halus mereka akan memmenolong belum dewasa dikemudian hari ketika mereka berguru hal-hal ibarat menulis, berpakaian dan bisa makan sendiri. Sering kali menggambar ialah pengalaman pertama dalam berguru memahami alat tulis. Seorang anak berguru bagaimana mengkoordinasi tangan dan mata untuk serius pada garis-garis dalam kertas gambar.
b. Pemahaman Pelajaran
Para jago percaya bahwa belum dewasa berguru dengan baik melalui bermain. Sebuah kegiatan menggambar sederhana sanggup memmenolong pemahaman pelajaran yang diajarkan di kelas. Para guru pendidikan anak usia dini sering mempersembahkan lembar kertas yang serius pada huruf, bentuk dan angka. Tanpa disadari belum dewasa bahwa mereka juga sudah berguru dengan lembar kegiatan menggambar.
c. Ekspresi Diri
Beberapa belum dewasa sering mengalami kesusahan untuk mengekspresikan perasaan mereka. Menggambar dapat mengeluarkan ekspresi perasaan mereka dan mengungkapkan pikiran mereka dengan sangat bebas. Menggambar juga sanggup menjadi cara yang anggun untuk seorang anak bersantai sehabis seharian sibuk dengan kegiatan mereka. Menggambar bebas juga sanggup memmenolong menyebarkan imajinasi anak.
d. Belajar Konsentrasi
Memperkenalkan kegiatan menggambar pada anak sanggup memmenolong mereka berguru bagaimana untuk berserius dalam menuntaskan tugas. Seorang anak akan sangat senang ketika mereka berhasil menuntaskan sebuah tugas. Selain itu, ketika seorang anak serius pada kiprah dan berhasil menuntaskan kegiatan menggambarnya beliau akan merasa bangga. Penyelesaian kiprah menggambar juga mengajarkan anak nilai kerja keras dan dedikasi. Ketika serius anak meningkatkan mereka akan sanggup lebih serius pada tugas-tugas lain yang lebih kompleks ibarat matematika.
e. Terampil Dalam Mengambil Keputusan
Memdiberikan belum dewasa suatu kegiatan yang memmenolong mereka menyebarkan keterampilan dalam mengambil keputusan mereka. Ketika menuntaskan lembar menggambar belum dewasa sanggup tetapkan apa warna yang akan dipakai dan kemana arah gambar. Seorang anak juga sanggup membuat keputusan apakah ingin menuntaskan kegiatannya atau tidak. Anak-anak yang bisa membuat keputusan untuk menuntaskan kegiatannya sering mempunyai waktu yang lebih baik secara akademis.