Pilihan kata dalam puisi Dalam Gelombag karya Sutan Takdir Alisjahbana (St Takdir Alisyahbana) sangat khas. Selain tentu mempunyai makna yang sangat dalam, pilihan kata dalam puisi karya tokoh angkatan Pujangga Baru ini. melaluiataubersamaini ciri khas pilihan kata yang berakup-akup dan masih terpengaruh oleh puisi lama, puisi Dalam Gelombang karya Syahbana ini sanggup dianalisis dan dipahami maknanya menurut pilihan kata.
Berikut ini yaitu teks lengkap puisi Dalam Gelombang karya Sutan Takdir Alisjahbana:
Dalam Gelombang
Berikut ini yaitu teks lengkap puisi Dalam Gelombang karya Sutan Takdir Alisjahbana:
Dalam Gelombang
Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut kembali di air gemuruh.
Kami mengalun di samud'ra-Mu,
Bersorak bangga tinggi membukit,
Sedih mengaduh jatuh ke bawah,
Silih berganti tiada berhenti.
Di dalam suka di dalam duka,
Waktu bah'gia waktu merana,
Masa tertawa masa kecewa,
Karni berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya,
Turun naik dalam 'rama-Mu.
St. Takdir Alisjahbana (1984:4)
Dalam artikel ini, tidak lagi dibahas wacana makna puisi Dalam Gelombang menurut parafrasenya. Karena parafrase puisi Dalam Gelombang milik St Takdir Alisjahbana ini sudah ada dalam artikel sebelumnya yang berjudul: Memahami Isi Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisjahbana.
Dalam artikel ini dijelaskan wacana keindahan dan makna puisi menurut pilihan katanya. Berikut ini hasil analisis puis Dalam Gelombang karya Sutan Takdir Alisyahbana:
Penggunaan Rima Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisyahbana
Rima yang dimaksud dalam analisis puisi ini yaitu penerapan bunyi, baik dalam satu bait, maupun dalam satu larik.
Penggunaan Sinonim
Penggunaan sinonim dengan pertimbangan rima dalam satu larik, sangat tampak pada bait pertama Puisi 'Dalam Gelombang' Milik Takdir.
Alun bergulung naik meninggi,
Dalam artikel ini, tidak lagi dibahas wacana makna puisi Dalam Gelombang menurut parafrasenya. Karena parafrase puisi Dalam Gelombang milik St Takdir Alisjahbana ini sudah ada dalam artikel sebelumnya yang berjudul: Memahami Isi Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisjahbana.
Dalam artikel ini dijelaskan wacana keindahan dan makna puisi menurut pilihan katanya. Berikut ini hasil analisis puis Dalam Gelombang karya Sutan Takdir Alisyahbana:
Penggunaan Rima Puisi 'Dalam Gelombang' Karya Sutan Takdir Alisyahbana
Rima yang dimaksud dalam analisis puisi ini yaitu penerapan bunyi, baik dalam satu bait, maupun dalam satu larik.
Penggunaan Sinonim
Penggunaan sinonim dengan pertimbangan rima dalam satu larik, sangat tampak pada bait pertama Puisi 'Dalam Gelombang' Milik Takdir.
Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut kembali di air gemuruh.
Hampir di setiap baris terdapat penerapan sinonim dengan suara yang mirip. Larik perta, terdapat kata alun bergulung, kedua kata ini bersinonim, yaitu sama-sama sanggup diartikan sebagai naik-turun. Dalam kata alun dan bergulung sama-sama terdapat suara l dan suara u. Sementara keduanya sama-sama mengandung kata nasal (n dan ng). Begitu juga dengan kata naik meninggi. Kata naik otomatis meninggi, kedua kata tersebut mengandung abjad suara n dan suara i.
Pada baris kedua, penerapan sinonim dirangkaikan dalam tiga tingkatan, yaitu turun-melembah-bawah. Ketiga rangkaian kata itu mempunyai makna yang sama. melembah artinya menuju ke lembah, sementara lembah artinya daerah yang lebih rendah, menuju daerah yang lebih rendah artinya sama saja, turun. Kalau turun pastilah ke bawah.
Pada baris keempat, juga terdapat kata yang bersinonim, yaitu surut - kembali. Kedua kata ini bersinonim. Artinya surut yang kembali, artinya kembali ya surut.
Penggunaan Banyak Aliterasi
Masih berkaitan dengan suara dalam puisi Dalam Gelombang karya St Takdir Alisyahbana, ada penerapan aliterasi. Aliterasi yaitu pengulangan suara konsonan yang berurutan (KBBI V Luring).
Aliterasi-aliterasi yang terdapat dalam puisi 'Dalam Gelombang' yaitu sebagai diberikut:
Masing-masing larik yang tebal di atas, mengandung aliterasi. Mari kita bahas larik puisi Dalam Gelombang yang mengandung aliterasi di atas.
Turun melembah jauh ke bawah
dalam larik puisi di atas, terdapat pengulangan suara beruntun tiga kali dalam satu larik. Huruf yang sama dalam baris itu yaitu suara -ah. dalam kata melembah, jauh, dan bawah.
Bersorak bangga tinggi membukit
dalam bari puisi tersebut, terdapat aliterasi b. Masing-masing kata yang mengandung suara b yaitu bersorak, gembira, dan membukit. Meskipun tidak tiruananya mrupakan kata dasar, tapi penerapan aliterasi dalam puis itu, juga memperdalam makna dan menambah keindahan puisis.
Sedih mengaduh jatuh ke bawah
Dalam baris puisi Dalam Gelombang di atas, terdapat aliterasi h di simpulan kata yang ditulis empat kali secara beruntun.
Di dalam suka di dalam duka
Jelas, aliterasi yang terdapat dalam puisi di atas yaitu aliterasi d.
Silih berganti tiada berhenti
Menurut penulis, ini yaitu aliterasi yang paling keren yang terdapat dalam puisi 'Dalam Gelombang'. Baris tersebut mengandung aliterasi /ti/. Penggunaan kata yang berurut menyerupai ini, menambah keindahan dan makna puisi.
Pemenggalan Kata dan Penghilangan Huruf
Selain alasannya yaitu belum adanya kaidah penulisan, penerapan tanda baca yang tidak semestinya beredar luas dalam penutur bahasa Indonesia. Meskipun penerapan tanda baca yang tidak sesuai kaidah, tapi sebuah penerapan tanda baca sudah menjadi ciri khas seorang penyari.
Berikut ini yaitu penerapan apostrof dan penghilangan abjad yang menjadi ciri khas Sutan Takdir Alisjahbana, masing-masing dalam kata:
samud'ra
bah'gia
'rama
Masing-masing kata di atas, kalau ditulis dengan ejaan yang sudah disempurnakan kini ini, yaitu sebagai diberikut:
samud'ra = samudera
bah'gia = bahagia
'rama = irama
Pemenggalan-pemenggalan menyerupai ini, juga menjadi ciri khas yang dimiliki oleh Chairil Awar.
Demikian klarifikasi wacana makna kata puisi yang berjudul 'Dalam Gelombang'. Semoga bermanfaa dan lebih mengasihi puisi. Jangan lupa, downlod dan unduh materi-materi dalam pembajaran!
Hampir di setiap baris terdapat penerapan sinonim dengan suara yang mirip. Larik perta, terdapat kata alun bergulung, kedua kata ini bersinonim, yaitu sama-sama sanggup diartikan sebagai naik-turun. Dalam kata alun dan bergulung sama-sama terdapat suara l dan suara u. Sementara keduanya sama-sama mengandung kata nasal (n dan ng). Begitu juga dengan kata naik meninggi. Kata naik otomatis meninggi, kedua kata tersebut mengandung abjad suara n dan suara i.
Pada baris kedua, penerapan sinonim dirangkaikan dalam tiga tingkatan, yaitu turun-melembah-bawah. Ketiga rangkaian kata itu mempunyai makna yang sama. melembah artinya menuju ke lembah, sementara lembah artinya daerah yang lebih rendah, menuju daerah yang lebih rendah artinya sama saja, turun. Kalau turun pastilah ke bawah.
Pada baris keempat, juga terdapat kata yang bersinonim, yaitu surut - kembali. Kedua kata ini bersinonim. Artinya surut yang kembali, artinya kembali ya surut.
Penggunaan Banyak Aliterasi
Masih berkaitan dengan suara dalam puisi Dalam Gelombang karya St Takdir Alisyahbana, ada penerapan aliterasi. Aliterasi yaitu pengulangan suara konsonan yang berurutan (KBBI V Luring).
Aliterasi-aliterasi yang terdapat dalam puisi 'Dalam Gelombang' yaitu sebagai diberikut:
Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah,
Lidah ombak menyerak buih,
Surut kembali di air gemuruh.
Kami mengalun di samud'ra-Mu,
Bersorak bangga tinggi membukit,
Sedih mengaduh jatuh ke bawah,
Silih berganti tiada berhenti.
Di dalam suka di dalam duka,
Waktu bah'gia waktu merana,
Masa tertawa masa kecewa,
Karni berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya,
Turun naik dalam 'rama-Mu.
Masing-masing larik yang tebal di atas, mengandung aliterasi. Mari kita bahas larik puisi Dalam Gelombang yang mengandung aliterasi di atas.
Turun melembah jauh ke bawah
dalam larik puisi di atas, terdapat pengulangan suara beruntun tiga kali dalam satu larik. Huruf yang sama dalam baris itu yaitu suara -ah. dalam kata melembah, jauh, dan bawah.
Bersorak bangga tinggi membukit
dalam bari puisi tersebut, terdapat aliterasi b. Masing-masing kata yang mengandung suara b yaitu bersorak, gembira, dan membukit. Meskipun tidak tiruananya mrupakan kata dasar, tapi penerapan aliterasi dalam puis itu, juga memperdalam makna dan menambah keindahan puisis.
Sedih mengaduh jatuh ke bawah
Dalam baris puisi Dalam Gelombang di atas, terdapat aliterasi h di simpulan kata yang ditulis empat kali secara beruntun.
Di dalam suka di dalam duka
Jelas, aliterasi yang terdapat dalam puisi di atas yaitu aliterasi d.
Silih berganti tiada berhenti
Menurut penulis, ini yaitu aliterasi yang paling keren yang terdapat dalam puisi 'Dalam Gelombang'. Baris tersebut mengandung aliterasi /ti/. Penggunaan kata yang berurut menyerupai ini, menambah keindahan dan makna puisi.
Pemenggalan Kata dan Penghilangan Huruf
Selain alasannya yaitu belum adanya kaidah penulisan, penerapan tanda baca yang tidak semestinya beredar luas dalam penutur bahasa Indonesia. Meskipun penerapan tanda baca yang tidak sesuai kaidah, tapi sebuah penerapan tanda baca sudah menjadi ciri khas seorang penyari.
Berikut ini yaitu penerapan apostrof dan penghilangan abjad yang menjadi ciri khas Sutan Takdir Alisjahbana, masing-masing dalam kata:
samud'ra
bah'gia
'rama
Masing-masing kata di atas, kalau ditulis dengan ejaan yang sudah disempurnakan kini ini, yaitu sebagai diberikut:
samud'ra = samudera
bah'gia = bahagia
'rama = irama
Pemenggalan-pemenggalan menyerupai ini, juga menjadi ciri khas yang dimiliki oleh Chairil Awar.
Demikian klarifikasi wacana makna kata puisi yang berjudul 'Dalam Gelombang'. Semoga bermanfaa dan lebih mengasihi puisi. Jangan lupa, downlod dan unduh materi-materi dalam pembajaran!