Data dan Fakta Unik Bahasa di Kabupaten Jember sebagai Kabupaten Pandhalungan
Jember ialah salah satu kabupaten di kepingan timur Jawa Timur. Berbatasan dengan Bondowoso, di sebelah utara, Banyuwangi di sebelah timur, dan Lumajang di sebelah barat. Sebagian besar batas utara Kabupaten Jember ialah wilayah pegunungan Argopuro. Sementara batas selatan ialah bahari Samudera Hindia.
Jember ialah kota baru, usianya jauh lebih muda dibandingkan dengan kota kabupaten lain di sekitarnya. Hal ini karena, Jember tidak pernah menjadi sentra pemerintahan kerajaan-kerajaan di masa lampau. Meskipun ada yang menyebut bahwa, lampau ada Pangeran Puger di Kerajaan Sadeng (sekarang menjadi wialayah kecamatan Puger). Namun sebab sangat minim sumber literasi dan bukti eksistensi kerajaan tersebut, maka eksistensi Kerajaan ini tidak dikaitkan sebagai asal-usul pemerintahan di Jember.
Jember dan Bahasanya yang Unik |
Keengganan menjadikan Kerajaan Sadeng sebagai tonggak pertama berdirinya Kabupaten Jember juga berkaitan dengan fakta bahwa, Kerajaan Sadeng ialah kerajaan kecil yang takluk kepada Pemerintahan Kerajaan Majapahit. Tentu tidak ingin mengakui sebagai negara jajahan. Meskipun miris juga mengingat yang dijadikan dasar sebagai tahun lahirnya Jember justru surat ketetapan pemerintah kolonial Belanda alias penjajah.
Jika pemerintah Jember fokus menggali sejarah, mungkin dasar penentuan hari lahir Jember sanggup diubah. Akan tetapi, terang ini bukan masalah gampang. Pasti membutuhkan kerja keras dan dana yang tidak sedikit.
Seperti disebutkan di atas Jember ialah wilayah baru, maka Jember dihuni oleh penhadir dari beberapa daerah. Baik dari tempat sekitar, maupun tempat jauh, dari Jawa Tengah. Maka dari itu, adanya akulturasi budaya dan bahasa ini memunculkan hal-hal unik ihwal bahasa di Jember.
1. Ada 2 Bahasa Daerah Utama di Jember
Penhadir di Jember, semenjak doloe kala dikala gres dibuka oleh penjajah Belanda sebagai wilayah perkebunan, berasal dari wilayah yang berbahasa Madura (Pesisir utara Jawa Timur kepingan timur), dan wilayah yang menuturkan bahasa Jawa, yaitu dari Jawa Tengah.
Maka dari itu, masing-masing penhadir membawa serta bahasa tempat masing-masing. Hingga kini, bahasa tempat yang ada di Jember ialah Bahasa Madura dan Bahasa Jawa. Sebagian besar penutur Bahasa Madura menempati kepingan utara dan timur Jember. Sebagian besar penutur Bahasa Jawa ada di kepingan selatan Jember.
Kedua bahasa tempat ini masih dipakai dan dipertahankan. Baik dalam percakapan sehari-hari maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan di pesantren, maupun pengantar dalam Khotbah Jumat.
Pada umumnya, masyarakat Jember sanggup menuturkan kedua bahasa tempat tersebut. Jika pun tidak sanggup menuturkan, sebagian besar masyarakat Jember yang berbahasa Jawa mengerti bahasa Madura tapi tidak sanggup menggunakannya. Begitu juga sebaliknya, penutur bahasa Madura mengerti bahasa Jawa tapi tidak sanggup menuturkannya.
2. Osing ialah Dialek Bahasa yang Digunakan di Jember
Osing ialah sebuah dialek bahasa, sebagaian lain menyebut bahwa Osing ialah sebuah bahasa. Pendapat yang menyampaikan Osing ialah sebuah dialek sebab struktur, kaidah, dan kata yang diguanakan dalam dialek Osing ialah struktur, kaidah, dan kata bahasa Jawa. Sebagian bahasa Jawa Kuno. Maka, Osing sebagai dialek lebih berpengaruh alasannya daripada yang menyebut bahwa Osing ialah sebuah bahasa.
Dialek Osing identik dengan Kabupaten Banyuwangi. Tetapi dialek Osing juga dipakai dan dituturkan oleh sebagian penduduk Jember. Dialek Osing bertahan di Jember melalui beberapa saluran. Lagu dengan dialek Osing sangat dekat di indera pendengaran masyarakat Jember, bahkan menjadi lagu kesukaan.
Artis-artis dari Banyuwangi yang menyanyikan lagu dengan dialek Osing yang sedang ngetop dipastikan juga ngetop di Jember.
Tidak spesialuntuk melalui lagu-lagu yang beredar di masyarakat, sebagian radio di Jember juga siaran dalam dialek Osing. Biasanya siaran Osing ini khusus untuk program yang memutar lagu-lagu dengan dialek Osing juga.
Kata dan istilah Osing juga sering dituturkan dalam bahasa sehari-hari. Mengintervensi penerapan bahasa Jawa atau Madura. Jadi, ada campur kode.
3. Ada Dialek dari Daerah Lain (Bojonegoro)
Dialek bojonegoroan terlihat terang masih eksis dan dipakai oleh penutur bahasa Jawa di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung, tepatnya di Dusun Curah Rejo. Di dusun ini, penutur bahasa Jawa memakai bentuk penyingkatan dan kata ganti yang khas.
misal: Aku teko nggonem
Dalam bahasa Jawa yang umum, dituturkan aku teko nggonmu (panggonmu) artinya saya dari rumahmu. Penggunaan kata ganti em ialah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Bojonegoro. Bentuk lainnya adalah:
Pak em – Pak mu
Mak em – Mak mu
Dan seterusnya...
4. Terjadi Campur Kode Madura Jawa
Persinggungan yang sangat kental dan erat antara penutur Bahasa Jawa dan Penutur Bahasa Madura menjadikan adanya campur kode. Yaitu masuknya isyarat tertentu dari bahasa lain ke dalam bahasa yang digunakan.
Misalnya, ada penutur bahasa Jawa sedang mengucapkan bahasa Jawa, tetapi ada istilah dalam bahasa madura yang digunakan. Ini namanya campur kode.
misal Campur isyarat bahasa di Jember ada dalam Artikel: Cek Bagusnya
misal Campur isyarat bahasa di Jember ada dalam Artikel: Cek Bagusnya
5. Muncul istilah ‘Bahasa Jemberan’
Sebenarnya bahasa Jember tidak ada. Yang dimaksud dengan bahasa Jemberan ialah bahasa Indonesia yang dituturkan di Jember dengan kekhasannya sebab ada campur isyarat bahasa Madura. Campur isyarat atau percampuran penerapan istilah dan susuanan bahasa Madura dalam bahasa Indonesia yang dipakai oleh orang Jember mempunyai kekhasan.
Misalnya: Kamu mak gitu.
Kata mak dalam kalimat di atas bukan mak dalam bahasa Jawa, tetapi mak dalam bahasa Madura yang semakna dengan kata kok. Jadi, engkau mak gitu artinya engkau kok gitu.
Pencampuran isyarat bahasa ibarat itu massif di gunakan oleh orang Jember, khususnya orang Jember di sentra kota yang terbiasa memakai bahasa Indonesia tetapi dipengaruhi oleh bahasa daerah.
misal lain campur isyarat dalam bahasa Jemberan ialah sebagai diberikut:
Jember itu cek bagusnya yaa...
Kata cek bagusnya artinya ialah sangat bagus. Susunan Cek ..... nya ini yang khas Jember. Yang disebut dengan bahasa Jemberan.
Tidak spesialuntuk campur isyarat dalam bahasa Indonesia, bentuk cek .... nya juga sanggup masuk dalam bahasa Jawa,
misal: Jember iku cek apike.
Cek.... e dalam kalimat bahasa Jawa di atas sama dengan bentuk cek .... nya dalam bahasa Indonesia. Bahasa Jawa umumnya ditulis atau diucapkan Jember iku apik banget.
Sepertinya susunan ini tidak ada di tempat lain, maka disebut dengan bahasa Jemberan.
Sekian klarifikasi data dan fakta unik bahasa yang ada di Jember. Mungkin ada dialek lain yang khas Jember dan masih belum tercantum dalam goresan pena ini, sanggup ditambah ya....