Pemilihan Gubernur Jawa Timur Memang sudah berlangsung. Hasil sementara, menempatkan pasanganan Khofifah Indar Parawansa dan Emil L. Dardak sebagai pemenang. Berdasarkan hitung cepat, pasangan nomor urut satu ini memakai slogan "Wis Wayahe". Sementara pasangan lawannya, Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno memakai slogan 'Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur'.
Penggunaan bahasa Jawa oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini mengatakan bahwa mereka ingin dikenal bersahabat dengan rakyat Jawa Timur. Meskipun tidak tiruana rakyat Jawa Timur memakai bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan, tapi hampir dipastikan bahwa orang Jawa Timur mengerti bahasa Jawa ngoko, yang menjadi ciri khas bahasa Jawa di Jawa Timur - kecuali di tempat mataraman.
Baik slogan 'Wis Wayahe' maupun 'Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur' ialah bahasa Jawa yang biasa didengar, bahkan sanggup dimengerti oleh orang yang tidak menuturkan bahasa Jawa sekalipun.
Penggunaan bahasa Jawa oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini mengatakan bahwa mereka ingin dikenal bersahabat dengan rakyat Jawa Timur. Meskipun tidak tiruana rakyat Jawa Timur memakai bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan, tapi hampir dipastikan bahwa orang Jawa Timur mengerti bahasa Jawa ngoko, yang menjadi ciri khas bahasa Jawa di Jawa Timur - kecuali di tempat mataraman.
Baik slogan 'Wis Wayahe' maupun 'Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur' ialah bahasa Jawa yang biasa didengar, bahkan sanggup dimengerti oleh orang yang tidak menuturkan bahasa Jawa sekalipun.
Kesamaan Slogan Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti ada di beberapa hal lain. Selain sama-sama memakai bahasa Jawa Timur-an juga juga mengandung rima (perulangan bunyi) yang menarikdanunik. Juga kalau ditelisik menurut muatan isinya, mengatakan kondisi Jawa Timur.
Sama-sama Bahasa Jawa Ngoko
Seperti sudah disinggung sebelumnya, Jawa Timur yaitu wilayah dengan penutur bahasa Jawa yang khas. Yaitu bahasa yang dipakai yaitu kebanyakan bahasa Jawa dan Madura. Bahasa Jawa yang digunakan, lebih banyak yang ngoko.
Maka, slogan yang dipakai juga bahasa ngoko. Jika memakai bahasa Jawa yang lebih halus, mungkin akan berubah ibarat ini:
Sampun Wancine untuk Wis Wayahe.
Sedanten Sederek Sedanten Makmur Untuk Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur
Tentu, sangat susah untuk orang Jawa Timur kebanyakan, apalagi yang memakai bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari untuk mengucapkan kalimat dalam bahasa Jawa halus tersebut. Sangat jauh dari kriteria ideal sebagai sebuah slogan. Apalagi slogan politik.
Sama-sama Mengandung Rima
Selain sama-sama memakai bahasa Jawa Ngoko, masing-masing slogan di atas, sama-sama mengandung rima. Baik rima pertama maupun rima akhir.
Slogan yang dipakai calon gubernur Jawa Timur pada tahun 2018 ini, meskipun singkat mengandung rima yang membuat indah dan unik.
Wis Wayahe terdiri dari dua kata yang sama-sama dipertamai oleh karakter w. Maka, ini sanggup disebut sebagai aliterasi. Perulangan suara w yang berulang.
Sementara pada Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur terdapat perulangan suara simpulan -ur. Selain itu, juga terdapat repetisi kata kabeh.
Sama-sama Mengandung Arti yang Saling Berkaitan
Nah, kalau persamaan yang satu ini berkaitan dengan makna dan hasil. Misalnya, Wis Wayahe yang menurut hasil hitung cepat mengungguli Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur, sanggup dikaitkan.
Pancen wis wayahe dadi. Memang sudah waktunya jadi (gubernur).
Kabeh sedoloer kabeh makmur. Semua bersaudara tiruana makmur (maka pilihlah Gus Ipul).
Jika dikaitkan dengan kondisi penghitungan sampai kini, sanggup dimaknai: Khofifah pancen wis wayahe dadi gubernur, tapi Gus Ipul kudu dijak mbangun Jawa Timur mergo kabeh sedoloer ben rakyate kabeh makmur.
Jadi, ada impian besar. Yang makmur bukan spesialuntuk Khofifah, pimpinan partai pendukung, dan para tim suksesnya saja. Tapi tiruana rakyat sanggup makmur. Termasuk yang tidak menentukan Khofifah.
Asyik yo Jawa Timur iki rek!
Sama-sama Bahasa Jawa Ngoko
Seperti sudah disinggung sebelumnya, Jawa Timur yaitu wilayah dengan penutur bahasa Jawa yang khas. Yaitu bahasa yang dipakai yaitu kebanyakan bahasa Jawa dan Madura. Bahasa Jawa yang digunakan, lebih banyak yang ngoko.
Maka, slogan yang dipakai juga bahasa ngoko. Jika memakai bahasa Jawa yang lebih halus, mungkin akan berubah ibarat ini:
Sampun Wancine untuk Wis Wayahe.
Sedanten Sederek Sedanten Makmur Untuk Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur
Tentu, sangat susah untuk orang Jawa Timur kebanyakan, apalagi yang memakai bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari untuk mengucapkan kalimat dalam bahasa Jawa halus tersebut. Sangat jauh dari kriteria ideal sebagai sebuah slogan. Apalagi slogan politik.
Sama-sama Mengandung Rima
Selain sama-sama memakai bahasa Jawa Ngoko, masing-masing slogan di atas, sama-sama mengandung rima. Baik rima pertama maupun rima akhir.
Slogan yang dipakai calon gubernur Jawa Timur pada tahun 2018 ini, meskipun singkat mengandung rima yang membuat indah dan unik.
Wis Wayahe terdiri dari dua kata yang sama-sama dipertamai oleh karakter w. Maka, ini sanggup disebut sebagai aliterasi. Perulangan suara w yang berulang.
Sementara pada Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur terdapat perulangan suara simpulan -ur. Selain itu, juga terdapat repetisi kata kabeh.
Sama-sama Mengandung Arti yang Saling Berkaitan
Nah, kalau persamaan yang satu ini berkaitan dengan makna dan hasil. Misalnya, Wis Wayahe yang menurut hasil hitung cepat mengungguli Kabeh Sedoloer Kabeh Makmur, sanggup dikaitkan.
Pancen wis wayahe dadi. Memang sudah waktunya jadi (gubernur).
Kabeh sedoloer kabeh makmur. Semua bersaudara tiruana makmur (maka pilihlah Gus Ipul).
Jika dikaitkan dengan kondisi penghitungan sampai kini, sanggup dimaknai: Khofifah pancen wis wayahe dadi gubernur, tapi Gus Ipul kudu dijak mbangun Jawa Timur mergo kabeh sedoloer ben rakyate kabeh makmur.
Jadi, ada impian besar. Yang makmur bukan spesialuntuk Khofifah, pimpinan partai pendukung, dan para tim suksesnya saja. Tapi tiruana rakyat sanggup makmur. Termasuk yang tidak menentukan Khofifah.
Asyik yo Jawa Timur iki rek!